Negara Mitra Dagang Jangan Sampai Menimbulkan Ketergantungan

JAKARTA - Dosen Magister Ekonomi Terapan Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko menilai mitra dagang yang terkonsentrasi seringkali menimbulkan ketergantungan sehingga ketika begitu diancam tarif resiprokal oleh AS, seperti saat ini, kita sama sekali tak berdaya.

"Dari berbagai pengalaman, sifat kerja sama dan hubungan dagang dengan negara lain perlu didasari dengan posisi daya tawar yang seimbang, baik sebagai eksportir maupun importir serta tidak menimbulkan ketergantungan," papar Suhartoko, Selasa (27/5), menanggapi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-2 ASEAN yang berlangsung di Kuala Lumpur.

Negara Mitra Dagang Jangan Sampai Menimbulkan Ketergantungan
- (Dok. istimewa).

Kecuali itu, katanya, dalam hubungan dagang perlu diperhatikan aspek keberlanjutan yang berkaitan konsistensi ketersediaan dan kebutuhan barang. "Tiap negara sangat penting memperkuat dan memperbanyak jaringan kerja sama secara multilateral," katanya.

Menurut dia, dengan jaringan kerja sama tersebut, dalam perspektif ekonomi akan membantu dalam melakukan diversifikasi pasar ekspor dan impor bahan baku.

Selama ini papar Suhartoko mitra dagang yang kuat hanya kepada Amerika Serikat (AS), Tiongkok dan Jepang, intra ASEAN dan Uni Eropa.

Konprensi Asia-Afrika

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti mengatakan kerja sama semacam itu perlu terus digiatkan apalagi Indonesia sebagai penggagas ASEAN dan kerja sama selatan selatan yang dimulai sejak konferensi Asia Afrika di Bandung.

Peran Asia paparnya semakin penting di dunia karena pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. "Oleh karena itu penting mempererat kerja sama semacam ini," ungkapnya.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-2 ASEAN dan Dewan Kerja Sama Negara-negara Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) yang dihadiri Presiden RI, Prabowo Subianto diharapkan dapat memperkuat kemitraan dagang di kawasan tersebut.

KTT tersebut merupakan pertemuan kedua antara negara kawasan Asia Tenggara dengan negara teluk setelah pertemuan perdana berlangsung pada 2023 di Riyadh, Arab Saudi, di bawah Keketuaan Indonesia di ASEAN.

"KTT ini berakar dari fondasi yang telah dibangun sejak KTT perdana di Riyadh pada tahun 2023. Kehadiran para pemimpin hari ini mencerminkan komitmen bersama untuk mempererat ikatan yang kuat," kata Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim selaku Ketua KTT ASEAN-GCC.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menyambut Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Kuwait, Sheikh Sabah Al Khalid Al Sarra yang turut menjadi ketua bersama dalam pertemuan itu.

Anwar menekankan pentingnya hubungan ekonomi antarkedua kawasan karena GCC merupakan mitra dagang terbesar ketujuh ASEAN pada tahun 2023, dengan nilai 130,7 miliar dollar AS.

"Meningkatnya investasi ini mencerminkan kepercayaan terhadap GCC dan ASEAN. Seperti yang saya sebutkan tadi malam, ASEAN, merupakan kawasan yang paling damai dan ekonominya sangat dinamis," kata Anwar.

D
Diapari Sibatangkayu
Penulis
  • Tag:
  • mitra dagang
  • diversifikasi pasar ekspor
  • Ekspor
  • Impor

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE