Trump Murka, Tarif Impor Barang dari Tiongkok Dikatrol Hingga 245 Persen

JAKARTA- Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok makin menggila. Setelah Tiongkok merespon tarif impor yang ditetapkan AS, Trump sepertinya murka dengan mematok tarif impor barang dari Tiongkok menjadi 245 persen dari 145 sebelumnya.

Tiongkok sendiri mematok tarif impor barang dari AS 125 persen sebagai balasan keputusan tarif impor Trump sebelumnya sehingga membuat Trump melipatgandakan tarif impor dari Tiongkok ke AS.

Trump Murka, Tarif Impor Barang dari Tiongkok Dikatrol Hingga 245 Persen
- (Dok. istimewa).

Menyimak perkembangan ini, AS seolah memberi signal ingin mengakhiri perdagangan. Hal ini bisa dipahami lantaran posisinya memang merugi dimana setiap tahun AS mengalami defisit perdagangan 500 miliar dollar AS versus Tiongkok.

Pemerhati ekonomi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Dian Anita Nuswantara menilai tarif baru Trump yang fantastis dan perintah peninjauan soal mineral penting, menunjukkan strategi Trump selama ini sebenarnya memiliki sasaran utama Beijing, mengingat dominasi Tiongkok yang semakin mengancam hegemoni AS di dunia.

"Trump ingin ada keseimbangan neraca perdagangan dengan negara-negara di dunia supaya membangkitkan kembali zaman keemasan AS, yang dalam dekade belakangan dibayangi negara-negara industri seperti Tiongkok dan India," kata Dian yang diminta pendapatnya, Rabu (16/4).

Menurut Dian, sat ini rivalitas utama AS baik dari sisi ekonomi maupun militer adalah Tiongkok. AS yang begitu sensitif terhadap setiap reaksi balasan Tiongkok menunjukkan hal itu semakin nyata.

AS sudah memberi tenggat 90 hari pada negara-negara lain untuk menyesuaikan tarif dan terbuka untuk dinegosiasikan, kecuali Tiongkok yang tidak diberi napas. Hal itu menunjukan Trump serius ingin membatasi perkembangan ekonomi Tiongkok.

Sebab, bagaimanapun kemajuan teknologi militer Tiongkok juga bergantung pada kemajuan ekonomi AS, sehingga negara adidaya itu punya kepentingan untuk menekan ekonomi Tiongkok. Dia berharap dengan menekan tarif habis-habisan, termasuk dengan menyasar mineral langka Tiongkok, akan membantu Trump mencapai tujuannya.

Keamanan Nasional

Sebelumnya, Gedung Putih pada Selasa (15/4) sore, mengumumkan, tarif ke Tiongkok sebesar 245 persen karena memberikan tindakan tarif balasan ke produk AS.

Seperti dikutip dari New Delhi Television Limited (NDTV), pengumuman itu muncul saat Presiden Donald Trump mengesahkan penyelidikan terhadap "risiko keamanan nasional yang ditimbulkan oleh ketergantungan AS pada mineral penting dan produk turunan yang diimpor dan diproses, seperti kobalt, litium, dan nikel, dan logam tanah langka yang digunakan untuk memproduksi telepon pintar dan baterai (untuk kendaraan listrik), serta peralatan militer.

"Perintah Trump menunjukkan bahwa AS bergantung pada sumber-sumber asing, yang berisiko mengalami guncangan rantai pasokan yang serius, berkelanjutan, dan jangka panjang. Kebergantungan ini, meningkatkan potensi risiko terhadap keamanan nasional , pertumbuhan teknologi, dan kemakmuran ekonomi," kata Gedung Putih.

Tiongkok selain mengenakan bea sebesar 125 persen atas barang-barang Amerika, juga telah melarang ekspor barang-barang tertentu, termasuk barang-barang yang digunakan oleh produsen kedirgantaraan dan kontraktor militer.

Pada Rabu pagi, seorang pejabat tinggi Tiongkok mengklaim tarif AS memberikan tekanan pada mereka.

Namun demikian, pada saat yang sama, Tiongkok juga mengatakan bahwa ekonominya tumbuh melampaui perkiraan sebesar 5,4 persen pada kuartal pertama. Produksi industri naik 6,5 persen dan penjualan ritel naik 4,6 persen dari tahun ke tahun. Kendati demikian, Beijing memperingatkan bahwa lingkungan ekonomi global menjadi lebih kompleks dan parah, sehingga diperlukan lebih banyak strategi untuk meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi.

Sementara itu, Trump mengatakan bahwa Tiongkok perlu mengambil langkah pertama dalam negosiasi apa pun. "Bola ada di tangan Tiongkok. Tiongkok perlu membuat kesepakatan dengan kita. Kita tidak perlu membuat kesepakatan dengan mereka," kata Trump sehari setelah ia menuduh Beijing mengingkari kesepakatan besar Boeing.

Trump telah berulang kali menuduh Tiongkok, India, Brasil, dan sebagian besar negara lainnya di dunia, mengenakan tarif lebih tinggi terhadap impor Amerika dibandingkan tarif yang dikenakan AS terhadap barang yang diimpornya dari negara-negara tersebut.

Presiden Trump berpendapat dengan mengenakan tarif timbal balik akan memaksa negara lain menurunkan pajak mereka atau menghidupkan kembali sektor manufaktur Amerika yang tersendat, sehingga menawarkan lapangan kerja lokal yang sangat dibutuhkan.

Dapat Dukungan

Secara terpisah, peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa memandang langkah yang dilakukan Trump sangat membantu mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi dalam negeri AS.

Secara politik, langkah Trump itu jelasnya memperoleh dukungan yang lebih luas di tengah gelombang protes dan gugatan dari sebagian masyarakat dan pengusaha AS atas kebijakan tarif yang kontroversial tersebut.

"Terlepas dari aspek politis itu seperti kata ekonom Inggris Joan Robinson (1962) bahwa hal yang paling alamiah dari ekonomi adalah nasionalisme. Trump sedang memberitahu dunia bahwa beginilah nasionalisme yang benar, yakni melindungi industri dan ekonomi negeri sendiri," tegas Awan.

Kebijakan tarif yang proporsional tambah Awan dapat dijadikan instrumen untuk melindungi pelaku dan produk ekonomi domestik, tentu dikombinasikan dengan kebijakan subsidi bagi pelaku ekonomi rakyat (petani, peternak, nelayan, dan sebagainya).

Selain itu, Trump katanya hendak menyampaikan pesan bahwa kerja sama ekonomi antarnegara perlu didorong berbasis kesetaraan dan solidaritas untuk saling memberi manfaat bagi masing masing negara secara berkeadilan. Trump melihat defisit dagang yang dialami AS hanya menguntungkan banyak negara mitra dagangnya.

D
Diapari Sibatangkayu
Penulis
  • Tag:
  • Perang Dagang
  • kebijakan tarif
  • Donald Trump

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE