Untung Ada Trump! Jika Tidak, Indonesia Bisa Mati Duluan
JAKARTA - Ekonom jebolan Universitas Tanjung Pura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Sabinus Beni mengatakan inisiatif Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan tarif impor tinggi patut diapresiasi.
"Jika Trump tak naikkan tarif, bias jadi Indonesia akan mati duluan lantaran semua produk Tiongkok yang beredar di dalam negeri menguasai pasar karena produk lokal mahal. Tiongkok menguasai pasar kita dan konsumen sudah ketergantungan pada mereka," papar Sabinus, Minggu (27/4).
Menurut Sabinus yang diminta pendapatnya terkaita kebijakan Trump tersebut mengatakan ketergantukan kita terhadap Tiongkok tidak hanya sebatas ekonomi tapi sudah mencakup geopolitik. "Ekonomi Tiongkon sangat menentukan dunia," katanya.
Ia menilai perubahan pola perdagangan dunia melalui kebijakan rebalancing oleh AS sangat positif untuk membangunkan dunia termasuk Indonesia agar segera berbenah melakukan reformasi struktural terutama aturan-aturan yang merugikan dan dinilai tidak fair.
"AS sebagai negara yang punya hegemoni terkuat di dunia baik dari sisi politik, ekonomi dan militer merasa sangat dirugikan oleh kebijakan Tiongkok selama ini, misalnya mereka yang mau masuk ke Tiongkok diatur, sebaliknya industri Tiongkok disubsidi habis-habisan sehingga semua produk begitu murah, kalau dulu dia banting harga," kata Beni.
AS, kata Beni, sudah tidak tahan dengan kebijakan perdagangan Tiongkok tersebut, sedangkan Indonesia tetap manut karena Tiongkok tahu persis kelemahan Indonesia, di mana aparatnya bisa dibeli.
Menurut dia, Tiongkok secara perlahan akan menguasai pertambangan dan sumber daya alam yang lain. Pada awalnya, mereka akan masuk melalui pintu investasi, tetapi pada akhirnya mereka yang menguasai semuanya, termasuk biji besi.
"Jika demikian, maka apa bedanya dengan zaman penjajahan Belanda, bedanya mereka masuk tidak terasa karena masuknya melalui investasi," katanya.
Kalau ada investasi dari Tiongkok, yang untung sebenarnya bukan negara dan masyarakat, tetapi mereka yang jualan konsesi, sedangkan seluruh rakyat Indonesia sebenarnya dirugikan.
Oleh sebab itu, Beni mengimbau Indonesia agar tidak ikut-ikutan masuk di BRICS, karena hanya akan membuat AS marah. Kalau hal itu terjadi, maka ekonomi Indonesia bisa saja kolaps jika AS sampai mengenakan tarif 100 persen. Salah satu hal yang perlu dipahami bahwa AS itu sebenarnya bisa menjalankan roda perekonomian negaranya secara mandiri dan tidak perlu suplai apa pun dari luar negeri, karena mereka punya rare earth atau logam tanah jarang.
Beni pun mengimbau agar pengenaan tarif Trump jangan dilihat hanya dari besaran tarifnya, karena itu hanya instrumen untuk rebalancing (menyeimbangkan kembali-red) agar perdagangan dunia adil dan fair.
"Jangan kita mengatakan itu proteksionisme. Kalau tidak kuat bertanding ya jangan mau. Kompetisi perdagangan global saat ini itu, ibarat pertandingan lari anak SMP melawan anak SMA, jadi mereka bukan proteksi supaya balance," katanya.
Indonesia katanya harus bersyukur dengan kondisi saat ini sebagai sarana untuk mendewasakan negara, tidak terus-menerus seperti anak kecil yang hanya bertanding di kelas ringan. Bangsa harus berlatih agar kekuatannya meningkat yang difasilitasi oleh negara melalui Pemerintah.
Melalui pembenahan kebijakan dan peraturan itu salah satu cara untuk menempa segenap komponen bangsa termasuk pelaku industri semakin kuat, sehingga mampu bersaing ke kancah dunia internasional.
Indonesia kata Beni sebenarnya mampu melakukan semua itu, meskipun tidak punya teknologi. Dengan persatuan, keterbatasan dukungan teknologi bisa diatasi seperti yang dilakukan Tiongkok yakni membeli dari negara lain lalu melakukan reverse engineering atau rekayasa balik.
Reverse engineering sendiri hanya membutuhjab waktu yang tidak lama, apalagi seperti Tiongkok yang rajin dan produktif serta didukung sepenuhnya oleh negara. Mereka tidak sampai 10 tahun sudah mampu membuat sendiri kereta cepat setelah belajar dari Jerman dan Jepang.
Terlalu Lama Nyaman
Lebih lanjut Beni mengatakan bahwa Indonesia juga harus berkaca pada pengalaman Uni Eropa beberapa waktu lalu yang sangat bergantung pada AS terutama di bidang pertahanan. Mereka terlalu lama nyaman, sehingga meskioun anggaran mereka untuk pertahanan ada, tetapi tidak sebanding dengan risiko yang ada di zona itu, karena ada ancaman dari Russia.
"Menyadari kondisi tersebut, kini seluruh Uni Eropa sepakat tidak tergantung pada AS, tetapi harus membangun dan memperkuat sistem pertahanan di kawasan mereka sendiri.
Tidak ada negara yang akan dibela, kalau dia sendiri tidak mau membela negaranya sendiri," kata Beni.
Sebab itu, Indonesia harus melakukan reformasi struktural agar bisa maju dan mandiri. Jika hasil perbaikan itu bisa dipertahankan, maka Indonesia akan memunyai daya saing ekspor yang kuat di kemudian hari.
Dari Washington disela-sela IMF-World Bank Spring Meetings 2025, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengatakan strategi dalam menyiasati kebijakan tarif resiprokal AS akan meredakan gejolak sekaligus membuka peluang ekonomi baru.
"Saya sampaikan optimisme bahwa langkah-langkah yang telah disiapkan tidak hanya mampu meredam guncangan yang terjadi, tetapi juga membuka banyak kesempatan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan," kata Menkeu.
Indonesia katanya menawarkan opsi-opsi yang bisa memangkas defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia. Bersamaan dengan itu, Pemerintah RI juga berupaya mengurangi hambatan perdagangan, baik terkait tarif maupun non-tarif. Langkah yang dilakukan di antaranya termasuk deregulasi dan reformasi administrasi.
Untung Ada Trump! Jika Tidak, Indonesia Bisa Mati Duluan
0 Comments





- Tekan Kemiskinan dengan Membangun Koridor Industrialisasi Berbasis Desa
- Inggris Berencana Beli Jet Tempur Bersenjta Nuklir Buatan Amerika
- Diganjar Denda Rp9,8 Triliun oleh Eropa, TikTok Ajukan Banding
- Premanisme Subur Membuat Iklan Investasi Tambah Buruk
- Trump Berang, Setop Bebas Bea Barang Bernilai Kecil dari Tiongkok dan Hongkong
- Mendag Ajak Konsumen Membeli dan Menggunakan Produk Lokal
- Hore! Pemerintah Tambah 12 Provinsi Lahan Sawah Dilindungi
- Ekspor Tinggi Realisasi Bodong? Ternyata Cuma Pinjam Nama
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!