Trump: Putin Tak ingin Hentikan Perang, Dia hanya Permainkan Saya  

JAKARTA- Meski hanya berlangsung sekitar 15 menit, pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di sela-sela pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu (26/4), tetap menjadi sorotan dunia.

Sehari setelah pertemuan tersebut, Trump seperti dikutip dari New York Times, menyatakan keraguannya terhadap keseriusan Presiden Russia, Vladimir Putin dalam mengakhiri perang di Ukraina.

Trump: Putin Tak ingin Hentikan Perang, Dia hanya Permainkan Saya  
- (Dok. istimewa).

Melalui media sosial Truth Social, Trump menulis, "Mungkin dia [Putin] tidak ingin menghentikan perang, dia hanya mempermainkan saya, dan harus ditangani secara berbeda, melalui Perbankan atau Sanksi Sekunder'? Terlalu banyak orang yang mati!!!" ? sebut Trump.

Peneliti Pusat Studi Islam dan Demokrasi (PSID) Jakarta, Nazar el Mahfudzi, menilai pertemuan sebagai peristiwa yang memiliki implikasi serius terhadap dinamika hubungan Ukraina dan Russia, serta stabilitas global ke depan.

Menurut Nazar, pertemuan itu memperlihatkan bahwa Ukraina tetap menjadi isu strategis dalam percaturan kekuatan dunia, terutama di tengah ketidakpastian politik dalam negeri AS.

"Pertemuan ini menunjukkan bahwa konflik Ukraina belum kehilangan relevansi strategisnya, bahkan di tengah perubahan kepemimpinan di Barat. Ukraina akan terus menjadi medan tarik-menarik pengaruh antara kekuatan besar," katanya.

Dalam konteks global, lanjut Nazar, ketegangan Ukraina-Russia tidak hanya berdampak pada sektor militer, tetapi juga mengganggu jalur pasokan pangan, energi, dan stabilitas keuangan dunia.

"Perang yang berlarut-larut memicu inflasi global, memperburuk krisis energi, serta menciptakan instabilitas di kawasan Eropa Timur yang berdampak domino ke ekonomi dunia," tegasnya.

Bagi Indonesia, Nazar mengingatkan bahwa ketegangan itu harus menjadi perhatian strategis, terutama terkait ketahanan pangan dan energi nasional.

"Indonesia harus membaca bahwa fluktuasi harga komoditas dunia, risiko pelemahan mata uang, hingga ancaman resesi global banyak dipicu oleh konflik seperti ini. Diplomasi Indonesia perlu memperkuat jaringan pasokan alternatif dan diversifikasi mitra strategis," katanya.

Indonesia tambahnya harus cermat dalam mengambil posisi di forum internasional. "Stabilitas dunia bukan sekadar isu kawasan, melainkan langsung berdampak pada kehidupan ekonomi rakyat. Indonesia harus aktif mendorong perdamaian, tanpa terseret ke dalam polarisasi blok besar," kata Nazar.

Tolak Usulan

Sebelumnya, Trump mengusulkan rencana perdamaian yang mencakup pengakuan atas wilayah yang diduduki Russia, termasuk Krimea, serta penghentian aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Sebagai imbalannya, Ukraina akan menerima jaminan keamanan dan kompensasi ekonomi. Namun, Zelenskyy menolak usulan tersebut, menegaskan bahwa semua wilayah yang diduduki adalah bagian dari Ukraina dan menuntut gencatan senjata tanpa syarat.

Pertemuan di Vatikan juga menarik perhatian global, dengan kehadiran para pemimpin dunia seperti Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Zelenskyy menerima tepuk tangan meriah saat memasuki upacara pemakaman, menunjukkan dukungan internasional yang kuat terhadap Ukraina.

D
Diapari Sibatangkayu
Penulis
  • Tag:
  • Perang Rusia-Ukraina
  • Vladimir Putin
  • Volodymyr Zelensky
  • Donald Trump

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE