Serangan Israel ke Iran Ubah Fokus Dunia, Sorotan ke Gaza Berpindah

JAKARTA, GENVOICE.ID - Setelah Israel melancarkan serangan ke Iran, perhatian internasional terhadap krisis kemanusiaan di Gaza seolah menghilang begitu saja. Di saat gempuran rudal pertama baru saja berhenti, distribusi makanan di Gaza langsung terhenti, sementara pertemuan puncak Prancis-Saudi yang dirancang untuk membahas pengakuan negara Palestina pun ditunda tanpa batas waktu.

Militer Israel cepat mengalihkan prioritas, menempatkan Iran sebagai target utama dan menomorduakan operasi di Gaza. Pergeseran ini juga tercermin dalam pemberitaan media global serta sikap diplomasi berbagai negara.

Serangan Israel ke Iran Ubah Fokus Dunia, Sorotan ke Gaza Berpindah
- (Dok. Human Rights Watch).

"Serangan ke Iran bukan berarti konflik Gaza selesai. Hari ini masih banyak korban jiwa di Gaza, hanya saja perhatian dunia kini beralih," kata Xavier Abu Eid, pakar politik sekaligus mantan penasihat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Abu Eid menilai, dengan menyerang Iran, Israel tak hanya berupaya menghentikan pembicaraan damai AS-Iran, tetapi juga menahan laju dukungan internasional terhadap Palestina. Di sisi lain, keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyerang fasilitas nuklir Iran secara tidak langsung meredam tekanan politik dan ekonomi yang sebelumnya membayangi pemerintahannya.

Beberapa sekutu utama Israel di Eropa belakangan mulai lebih kritis atas dampak perang Gaza, terutama terkait jatuhnya korban sipil dan kekerasan pemukim Yahudi terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Bahkan hubungan yang sebelumnya kuat dengan negara seperti Belanda dan Jerman mulai goyah menyusul laporan PBB tentang ancaman kelaparan massal di Gaza akibat pengepungan yang sudah berlangsung selama lebih dari 11 minggu.

Uni Eropa sempat mengumumkan akan meninjau kembali kesepakatan perdagangan bebas dengan Israel, dan hasil evaluasi dijadwalkan keluar pada pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri UE bulan ini. Keputusan itu bisa membuka peluang Eropa untuk menggunakan kekuatan ekonominya sebagai mitra dagang terbesar Israel.

Inggris, Kanada, Prancis, dan Norwegia bahkan telah menjatuhkan sanksi kepada dua menteri kabinet Israel atas ujaran kekerasan terhadap warga Palestina. Mereka juga memperingatkan kemungkinan sanksi tambahan jika situasi memburuk.

Sementara itu, pertemuan puncak Prancis-Saudi yang semula menjadi harapan baru untuk pengakuan negara Palestina oleh negara-negara Eropa besar, terpaksa ditunda setelah AS mengeluarkan peringatan diplomatik resmi agar para sekutu tak menghadiri pertemuan tersebut.

Akibatnya, momentum diplomatik yang sempat muncul untuk menghentikan perang di Gaza kini memudar. Bahkan negara-negara yang mulai vokal menentang kebijakan Netanyahu kini ragu memberi tekanan saat Israel masih berhadapan langsung dengan Iran.

"Sayangnya, serangan ini datang justru ketika ada kemajuan penting terkait Palestina dan Gaza," ungkap seorang diplomat Barat.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan serangan ke Iran "tidak boleh membuat kita lupa pada Gaza", sembari memastikan penundaan KTT semata-mata karena alasan keamanan, dan akan dijadwalkan ulang sesegera mungkin.

Sementara itu, di Gaza, sebagian besar warga bahkan tak mengetahui perkembangan perang karena wilayah tersebut terisolasi akibat pemadaman komunikasi yang berkepanjangan. Jaringan telepon dan internet terputus sejak Rabu, setelah kabel serat optik utama rusak. PBB menyatakan, sejak April, Israel menolak lebih dari 20 permintaan perbaikan darurat.

Kondisi ini membuat warga Gaza tidak bisa mengakses informasi evakuasi baru maupun pengumuman dari Dana Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga distribusi bantuan yang dikawal militer Israel. Akibatnya, ratusan warga yang kelaparan tetap mendatangi pusat distribusi bantuan, dan sedikitnya 15 orang dilaporkan tewas ditembak tentara Israel.

Serangan Israel di Gaza juga menewaskan sedikitnya tujuh orang lain pada malam hari, menurut otoritas kesehatan setempat. Walau serangan udara sempat berkurang karena fokus Israel beralih ke Iran, juru bicara militer Israel menegaskan operasi di Gaza akan terus berlanjut "dengan kekuatan ekstrem". Pada Sabtu, perintah evakuasi baru kembali dikeluarkan.

"Kelaparan makin parah, pengepungan semakin ketat, dan mayat bertebaran di mana-mana," tulis jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif, melalui akun X-nya, menggambarkan kondisi Gaza yang kini sepenuhnya terputus dari dunia luar.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Israel
  • Iran

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE