Persaingan Terbuka! China dan Filipina Pamerkan Bendera di Laut China Selatan
JAKARTA, GENVOICE.ID - China dan Filipina saling unjuk kekuatan dengan memasang bendera nasional di sebuah sandbank yang disengketakan di Laut China Selatan, meningkatkan ketegangan yang telah lama ada antara kedua negara.
Insiden ini terjadi di Sandy Cay, bagian dari Kepulauan Spratly yang dipersengketakan, beberapa hari setelah dimulainya latihan militer gabungan tahunan AS-Filipina yang bertajuk "Balikatan" atau "bahu-membahu". Latihan tahun ini mencakup simulasi pertahanan udara dan rudal terintegrasi untuk pertama kalinya.
Menurut laporan media pemerintah China, pada Kamis lalu, penjaga pantai China mendarat di terumbu karang yang disengketakan, mengibarkan bendera nasional, dan menyatakan "yurisdiksi kedaulatan" atas kawasan tersebut.
Pada Minggu, penjaga pantai China menuduh enam personel Filipina melakukan "pendaratan ilegal" di Sandy Cay, yang oleh China disebut sebagai Terumbu Tiexian. Beijing mengklaim tindakan ini dilakukan meskipun sudah ada "peringatan dan disuasi" dari pihak China.
Juru bicara penjaga pantai China, Liu Dejun, mengatakan bahwa personel penjaga pantai kemudian "mendarat di terumbu, menyelidiki, dan mengambil tindakan sesuai dengan hukum." Liu juga mendesak Filipina untuk "segera menghentikan pelanggaran ini", mengklaim bahwa tindakan Filipina melanggar kedaulatan China.
Meski demikian, tidak ada tanda-tanda bahwa China telah secara permanen menduduki terumbu tersebut atau membangun fasilitas di atasnya. CCTV, saluran televisi negara China, menyiarkan foto lima orang yang berdiri di atas terumbu tidak berpenghuni, sementara perahu karet hitam mengapung di dekatnya. Mereka juga dilaporkan membersihkan sampah di sekitar terumbu tersebut.
Sebagai respons, juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, mengatakan pada Minggu bahwa angkatan laut, penjaga pantai, dan polisi Filipina telah mengerahkan empat perahu karet ke Sandy Cay dan "mengamati keberadaan ilegal" kapal penjaga pantai China serta tujuh kapal milisi maritim China di sana.
Tarriela juga memposting rekaman bendera Filipina yang dikibarkan di lokasi, menegaskan bahwa "operasi ini mencerminkan komitmen kuat pemerintah Filipina untuk menegakkan kedaulatan dan hak yurisdiksi negara di Laut Filipina Barat."
Sementara itu, Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan sebagai bagian dari kedaulatannya, meskipun klaim ini ditentang oleh negara-negara lainnya di kawasan tersebut dan juga oleh keputusan internasional yang menyatakan klaim tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Di Manila, dalam upacara pembukaan latihan militer gabungan AS-Filipina, Letnan Jenderal Marinir AS James Glynn menyatakan bahwa kedua negara akan "menunjukkan tekad kami untuk menegakkan perjanjian pertahanan bersama yang telah ada sejak 1951 dan kemampuan kami yang tak tertandingi untuk melakukannya."
Beijing mengkritik latihan militer tersebut, dengan menyebutnya sebagai "merusak stabilitas strategis regional" dan menuduh Manila "berkolusi dengan negara-negara di luar kawasan."
0 Comments





- Wakil Presiden Gibran Minta Pertamina Tuntaskan Krisis BBM di Bengkulu dalam 7 Hari
- Manchester City Resmi Gaet Rayan Cherki, Si Jagoan Baru dari Lyon
- Khatib Salat Id Istiqlal Sebut Program Makan Bergizi Gratis Sejalan dengan Nilai Islam
- Game "Wonder Woman" dari WB Terancam Bermasalah
- Dokter PPDS Resmi Tersangka, Polisi Ungkap Barang Bukti dan Pasal yang Dikenakan
- Manchester City Women Pecat Gareth Taylor Jelang Final Piala Liga
- Bersejarah dan Penuh Makna! Ini Alasan Paus Robert Francis Prevost Pilih Nama Leo XIV
- Olivia Rodrigo Puji Lorde Lewat Lagu dan Kata-Kata: "Dia Suara dari Sebuah Generasi"
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!