Ribuan Warga Israel Ikut Pawai Rasis, Kawasan Muslim di Yerusalem Mencekam
JAKARTA, GENVOICE.ID - Kota Tua Yerusalem kembali memanas saat ribuan warga Israel turun ke jalan dalam pawai bendera tahunan yang dibiayai negara. Aksi yang disebut sebagai bentuk perayaan atas klaim Israel terhadap Yerusalem Timur ini diwarnai seruan rasis dan tindakan kekerasan terhadap warga Palestina.
Dalam pawai yang digelar melewati Distrik Muslim, massa meneriakkan slogan provokatif seperti "Gaza milik kami" dan "mati untuk Arab". Beberapa bahkan membawa spanduk dengan pesan ancaman aneksasi wilayah Gaza, merujuk pada peristiwa perebutan Yerusalem Timur tahun 1967. Aksi ini, meski dipromosikan sebagai prosesi meriah oleh pemerintah kota Yerusalem, dianggap banyak pihak sebagai ajang demonstrasi kekuasaan yang penuh intimidasi.
Sejak pagi, sejumlah pemuda berpakaian religius radikal menyerang toko-toko, mencuri barang, hingga memaksa masuk ke rumah-rumah penduduk. Warga Palestina terpaksa menutup usaha mereka lebih awal dan berlindung di rumah demi keselamatan. Seorang pemilik kafe bahkan mendapat peringatan dari polisi untuk menghentikan operasionalnya karena tidak dijamin keamanannya.
Aviv Tatarsky, peneliti dari lembaga Ir Amim, menyebut pawai ini bukan hanya merampas penghidupan warga, tetapi juga mengirimkan pesan simbolis bahwa warga Palestina tak lagi punya tempat di Yerusalem.
Meski acara ini dikenal sarat kekerasan, kehadiran aparat keamanan di kawasan tersebut terbilang minim. Perlindungan terhadap warga Palestina lebih banyak datang dari kelompok relawan seperti Standing Together, yang berdiri sebagai perisai manusia tanpa perlindungan berarti.
Menambah ketegangan, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir ikut hadir di lokasi, tak lama setelah kunjungan kontroversialnya ke kompleks Masjid al-Aqsa. Di saat yang sama, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggelar rapat kabinet di Silwan, kawasan Palestina yang diduduki, meski dinas intelijen telah memperingatkan potensi eskalasi konflik.
Pawai bendera ini sebelumnya pernah memicu perang antara Israel dan Hamas pada 2021. Kini, kekhawatiran akan pecahnya konflik kembali mencuat, terutama karena sentimen "pembersihan" etnis yang disuarakan sebagian peserta pawai melalui slogan dan simbol-simbol kelompok ekstremis.
Menurut pakar geopolitik Yerusalem, Danny Seidemann, keputusan pemerintah Israel untuk merayakan peristiwa semacam ini di kawasan sensitif adalah bentuk "piromania politik" - membakar bara yang sudah lama membara di jantung konflik Israel-Palestina.
0 Comments





- Presiden Prabowo Ajak Masyarakat Tebar Kasih di Hari Kenaikan Yesus Kristus
- Film Baru Aktor Ke Huy Quan Dapat Skor Lebih Tinggi dari Penonton di Rotten Tomatoes
- Presiden Prabowo Soroti Akurasi Bansos, DTSEN Wajib Jadi Rujukan
- Rapper Lil Nas X Alami Kondisi Wajah Serupa Penyakit yang Sempat Menyerang Justin Bieber
- Luka Modric Resmi Tinggalkan Real Madrid, Era Baru Los Blancos Dimulai
- NATO Siap Hadapi Ancaman Rusia, Anggaran Militer Bakal Naik Jadi 5% PDB
- Syahrini Bikin Heboh Cannes, Dapat Penghargaan UNESCO dan Bicara Soal Perempuan
- Awas Spoiler! Ini Penjelasan Ending dari Film 'Sinners'
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!