Ikut Irama Trump, Tiongkok Takluk Secara Diam-diam
JAKARTA - Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi (PSID) Jakarta, Nazar el Mahfudzi, menilai keputusan Tiongkok untuk menyesuaikan tariff impor asal Amerika Serikat (AS) bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga politik global.
"Secara diam-diam, akhirnya Tiongkok takluk. Mereka mengikuti irama yang sudah lama dimainkan oleh Trump: jika ingin akses ke pasar AS, harus ada keseimbangan dagang yang lebih adil," kata Nazar kepada Koran Jakarta, Rabu (15/5).
Tiongkok tidak hanya menangguhkan tarif tambahan pada barang-barang dalam pengumuman tarif No. 4 tahun 2025, tetapi juga mencabut tarif yang ditetapkan pada pengumuman No. 5 dan No. 6, yang sebelumnya diterapkan terhadap sejumlah produk dari AS.
Langkah itu mencerminkan perubahan posisi yang cukup besar dari Beijing dalam lanskap perang dagang global yang sudah berlangsung lebih dari lima tahun.
Bukan Ikut Arus
Menurut Nazar, ada pelajaran penting bagi Indonesia dalam menyimak dinamika ini. "Kita harus menyadari bahwa dalam sistem global saat ini, kekuatan ekonomi tidak lagi cukup jika tidak diimbangi dengan kecerdasan strategi dagang," katanya.
Indonesia, lanjut dia, tidak bisa hanya menjadi pasar yang pasif. "Kita harus mulai berani menetapkan peta jalan perdagangan luar negeri yang berbasis pada kepentingan nasional, bukan sekadar mengikuti arus," katanya.
Ia juga menekankan pentingnya memperkuat posisi tawar Indonesia dalam rantai pasok global. "Jika Tiongkok bisa melunak di bawah tekanan pasar ekspor terbesar mereka, maka negara-negara seperti Indonesia harus sadar bahwa kekuatan tawar itu bisa dibentuk. Tapi itu hanya mungkin kalau kita tahu persis posisi kita dan berani mengonsolidasikan kekuatan industri dalam negeri," jelasnya.
Sesuaikan Tarif
Tiongkok akan segera menyesuaikan tarif untuk produk impor asal Amerika AS seiring kesepakatan kedua delegasi di Jenewa, Swiss pekan lalu. dalam Pengumuman Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara No. 4 tahun 2025 menyebutkan Tiongkok akan memodifikasi sesuai dengan penerapan tarif bea masuk ad valorem tambahan pada barang-barang AS dengan menangguhkan 24 poin persentase dari tarif tersebut untuk periode awal selama 90 hari, sembari mempertahankan tarif ad valorem tambahan lainnya sebesar 10 persen untuk barang-barang tersebut.
Tiongkok juga akan menghapus tarif bea masuk ad valorem tambahan yang telah dimodifikasi pada barang-barang yang dikenai tarif oleh pengumuman No. 5 dan No. 6 yang dirilis oleh Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China masing-masing pada 9 dan 11 April 2025 lalu.
Dalam dua pengumuman pada April 2025, Tiongkok menaikkan tarif tambahan untuk produk impor asal AS masing-masing menjadi 84 persen dan 125 persen, sebagai tindakan balasan terhadap tarif resiprokal AS.
Komisi tersebut mengatakan pengurangan tarif bilateral sejalan dengan harapan produsen dan konsumen di kedua negara, sehingga ekonomi dan perdagangan antar AS dan Tiongkok serta ekonomi global lebih kondusif.
Langkah terbaru Tiongkok yang menangguhkan sebagian besar tarif tambahan terhadap barang-barang Amerika Serikat dinilai sebagai bentuk penyesuaian terhadap tekanan lama dari AS melalui Presiden AS, Donald Trump.
Penangguhan 24 poin persentase dari tarif bea masuk tambahan tersebut membuka sinyal kalau kekuatan ekonomi sekelas Tiongkok sekalipun bisa bergeser di bawah tekanan perang dagang yang panjang.
Ikut Irama Trump, Tiongkok Takluk Secara Diam-diam
0 Comments





- Jangan Tutup Mata Atas Faktor Internal Pelemah Nilai Tukar Rupiah
- Donald Trump Ingin Akhiri Ketergantungan Terhadap Mineral Impor
- Waspadalah! Ekonomi RI Bisa Menuju Kanker Stadium Empat
- Miris! Pertumbuhan Ekonomi Nasional Turun ke Level 4,87 Persen
- Hore! Damai Segera Tiba, Gencatan Senjata Rusia-Ukraina di Depan Mata
- Antisipasi Kebijakan Tarif Tinggi AS dengan Diversifikasi Pasar Ekspor
- Rusia dan AS Terus Berupaya Mencapai Perdamaian yang Langgeng dan Tahan Lama
- Bill Gates Siap Dukung Pengembangan Pertanian Indonesia
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!