Sektor Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kembali jadi Penyelamat  

JAKARTA - Bertumbuh 10,52 persen, sektor pertanian, perikanan dan perkebunan kembali tampil sebagai penyelemat pada saat sejumlah sektor terutama manufaktur mengalami perlambatan pertumbuhan.

Pengamat pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Surabaya, Zainal Abidin, mengatakan, laporan INDEF membuktikan bahwa pertanian dan pangan merupakan sektor yang krusial dan layak mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

Sektor Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kembali jadi Penyelamat  
- (Dok. istimewa).

"Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang signifikan menunjukkan kalau sektor tersebut seharusnya mendapat prioritas dari pemerintah," katanya, Rabu (4/6).

Ia mengatakan pada saat pandemi Covid-19, sektor pertanian juga tampil sebagai penyelamat perekonomian dengan menjadi salah satu sektor yang tumbuh positif bersama dengan sektor telekomunikasi.

"Sektor pertanian memang memberikan kontribusi langsung terhadap PDB, terutama di negara-negara dengan ekonomi yang masih bergantung pada sektor primer seperti Indonesia. Ini menunjukkan langkah-langkah pemerintahan sekarang yang memberikan keberpihakan lebih pada sektor pertanian membawa hasil," kata Zainal.

Seharusnya, jika hal itu dilakukan dari dulu dampaknya akan lebih terasa karena peningkatan produktivitas pertanian dapat meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi kebergantungan pada impor pangan, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Jika dipertahankan dan ditingkatkan, pertanian yang maju tidak hanya akan membantu ketahanan dan kemandirian pangan tapi juga untuk mencapai pemerataan ekonomi karena sebagian besar masyarakat kita ada di desa," katanya.

Sektor pertanian sendiri papar Zainal membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga akan memberikan lapangan kerja bagi banyak orang.

Data yang dirilis Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dalam laporan bertajuk Monitoring Issue of Food, Energy and Sustainable Development sebelumnya menyebutkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 10,52 persen pada triwulan I 2025.

Dengan capaian tersebut, sektor pertanian menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di tengah perlambatan sektor lain.

Anggota Dewan Pengurus Daerah (DPD) Pemuda Tani Indonesia DIY, Pranasik Faihaan mengatakan capaian itu seharusnya dimaknai sebagai momentum strategis untuk memperkuat pondasi sektor pangan nasional, bukan sekadar catatan statistik.

"Pertumbuhan ini membuktikan bahwa pertanian masih sangat vital bagi perekonomian kita. Ini saat yang tepat bagi pemerintah untuk benar-benar menempatkan sektor pangan sebagai pilar utama pembangunan nasional secara berkelanjutan," katanya saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (4/6).

Data Indef menunjukkan lonjakan pertumbuhan pertanian didorong oleh produksi padi dan jagung yang masing-masing meningkat 51,45 persen dan 39,02 persen secara tahunan. Panen raya yang bertepatan dengan Ramadhan dan Idul Fitri, serta kondisi cuaca yang mendukung, menjadi faktor penting peningkatan tersebut.

Pranasik juga menekankan bahwa pertumbuhan produksi belum tentu langsung sejalan dengan peningkatan kesejahteraan petani. Masalah tata niaga yang belum sepenuhnya berpihak pada petani masih menjadi tantangan nyata di lapangan.

"Pemerintah memang telah mengambil langkah dengan menyerap gabah melalui Bulog. Namun cakupannya masih perlu diperluas agar petani tidak lagi terjebak pada harga jual yang rendah akibat dominasi tengkulak. Yang kita butuhkan adalah sistem tata niaga yang adil dan menyeluruh, dari hulu ke hilir," katanya.

Titik Tolak

Ia menambahkan bahwa momentum itu seharusnya menjadi titik tolak untuk membenahi infrastruktur, distribusi, memperluas akses petani terhadap pupuk dan benih berkualitas, serta memastikan peran Bulog benar-benar menjadi penyangga harga yang efektif di lapangan.

Selain menyumbang pada PDB, sektor pertanian juga tercatat menyerap 28,54 persen angkatan kerja nasional, terbesar di antara sektor lain karena mampu menciptakan sekitar 850 ribu lapangan kerja baru dalam enam bulan terakhir. Bagi Pranasik, data itu sebagai sinyal kuat bahwa sektor ini tidak hanya produktif, tetapi juga inklusif.

"Kalau sektor ini dikelola dengan konsisten dan berkeadilan, kita punya peluang besar untuk membangun ekonomi yang kuat dari desa, dari sawah, dari kebun. Dan itulah makna kedaulatan pangan yang sesungguhnya," tutup Pranasik.

D
Diapari Sibatangkayu
Penulis
  • Tag:
  • tingkatkan pendapatan
  • kesejahteraan petani
  • produktivitas

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE