Petani Harus Lebih Banyak Nikmati Manfaat Kenaikan Produksi Pangan Ketimbang Tengkulak
JAKARTA - Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Awan Santosa mengatakan, fokus swasembada pangan dengan berbagai faktor pendukung telah berhasil meningkatkan produksi pangan Indonesia.
Hal tersebut, katanya, perlu ditopang tata niaga yang adil sehingga peningkatan produksi dan kontribusi pertanian ke produk domestik regional bruto (PDRB) dapat meningkatkan nilai tukar petani (NTP) dan kesejahteraan petani secara signifikan.
Ia mengatakan peningkatan produksi pangan seperti yang terjadi saat ini, belum tentu linear dengan meningkatnya kesejahteraan petani selaku produsen pangan. Oleh sebab itu, perlu dipastikan nilai tambahnya lebih banyak dinikmati oleh petani, bukan tengkulak atau pemodal besar.
"Saya berharap peningkatan produksi harus konsisten, bukan hanya sekali saja atau pada watu tertentu. Nah, itu perlu didukung dengan kebijakan yang juga konsisten," papar Awan, Selasa (3/6).
Berkembang Pesat
Sementara itu, pengamat Pertanian dari Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar, Bali I Nengah Muliarta mengatakan pertumbuhan produksi padi yang mencapai 51,45 persen dan jagung 39,02 persen menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak hanya stabil, tetapi juga mampu berkembang pesat dalam menghadapi tantangan.
Pertumbuhan itu menunjukkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan sumber daya pertanian.Peningkatan produksi dapat memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan mereka. Namun, realisasi dari peluang ini sangat bergantung pada bagaimana rantai distribusi berfungsi.
"Jika petani dapat menjual hasil panennya langsung ke konsumen atau melalui saluran yang lebih pendek, mereka akan mendapatkan keuntungan lebih besar," kata Muliarta.
Untuk memastikan bahwa petani dapat menikmati manfaat dari peningkatan produksi, diperlukan perbaikan dalam infrastruktur dan kebijakan yang mendukung. Investasi dalam infrastruktur pasar, akses ke teknologi, dan pelatihan bagi petani akan sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada tengkulak.
Secara keseluruhan, pertumbuhan yang signifikan dalam sektor pertanian berpotensi meningkatkan PDB dan kesejahteraan petani. Namun, tantangan yang ada dalam rantai distribusi perlu diatasi agar petani dapat menikmati keuntungan secara adil.
Panen Raya
Sektor pertanian menjadi kontributor utama dalam menggerakkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan I 2025. Hal itu terlihat pada laporan
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang menyebutkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 10,52 persen pada triwulan I 2025.
Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Indef, Abra Talattov dalam laporan bertajuk Monitoring Issue of Food, Energy and Suistainable Development yang diterima di Jakarta, Selasa (3/6), menyebutkan lonjakan tersebut didorong oleh panen raya padi dan jagung. Produksi padi naik 51,45 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan jagung naik 39,02 persen.
Kenaikan produksi secara signifikan itu diperkuat oleh faktor cuaca yang mendukung dan musim panen yang lebih awal dari biasanya. Panen raya pun bertepatan dengan Ramadhan dan Idul Fitri yang jatuh pada Maret-April, sehingga permintaan terhadap bahan pangan pokok meningkat tajam dan mendorong penyerapan produksi.
Data Kementerian Pertanian juga menunjukkan kalau Bulog berhasil menyerap 1,3 juta ton beras pada April 2025. Hal ini menunjukkan efektivitas intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga di tingkat petani.
Tak hanya unggul dari sisi output produksi dan kontribusi terhadap PDB, Indef juga mencatat sektor pertanian turut menunjukkan kinerja kuat dalam penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan data BPS per Februari 2025, sektor ini menyerap 28,54 persen dari total angkatan kerja nasional, tertinggi dibanding sektor lainnya seperti perdagangan dan industri pengolahan.
"Selain menjadi motor pertumbuhan PDB nasional, sekitar 12-13 persen, sektor pertanian juga berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja," jelas Abra.
Bahkan, dalam enam bulan terakhir, sektor ini telah menambah sekitar 850 ribu lapangan kerja baru dari total kenaikan tahunan sebanyak 890 ribu orang. Hal itu menjadi bukti peran vital pertanian dalam menjaga stabilitas ekonomi masyarakat bawah.
Capaian itu jelasnya menjadi modal penting bagi pemerintah untuk memperkuat sektor pangan sebagai pilar pembangunan. Namun demikian, tantangan seperti lemahnya daya tawar petani, ketimpangan dalam rantai nilai, dan fluktuasi harga gabah tetap menjadi perhatian utama.
Oleh karena itu, momentum positif itu harus dibarengi dengan reformasi tata niaga pertanian, penguatan peran Bulog, dan strategi perlindungan harga petani saat panen raya.
Jika ditunjang kebijakan yang tepat dan berkeadilan, sektor pertanian dinilai dapat menjadi pondasi ekonomi yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan di tengah tantangan global dan tekanan geopolitik yang masih berlangsung.
0 Comments





- Beijing Ingin Menarik Investasi Asing di Tengah Eskalasi Ketegangan Geopolitik
- Pejaga Pantai Tiongkok Semprot Kapal Filipina dengan Meriam Air
- Kejar Pertumbuhan, Dorong Percepatan Realisasi Belanja Pemerintah
- Waspadalah! Rupiah Berpotensi Rontok ke Level Rp20.000 per Dolar AS
- Waspadalah! Ekonomi RI Bisa Menuju Kanker Stadium Empat
- Tiongkok Dituding Langgar Kesepakatan, Trump-Xi Diagendakan Bicara Langsung
- Rusak Lingkungan, Cabut Semua Izin Tambang di Global Geopark Raja Ampat
- Paus Fransiskus Wariskan Sikap Kesederhaan dan Keberpihakan Terhadap Kaum Papa
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!