Dituding Sokong Teroris, Netanyahu Serang Pemimpin Dunia yang Desak Hentikan Blokade Gaza

JAKARTA, GENVOICE.ID - Ketegangan antara Israel dan sekutu Baratnya memuncak setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara terbuka menuding para pemimpin Prancis, Kanada, dan Inggris sebagai pihak yang "memihak Hamas" hanya karena mendesak dihentikannya blokade terhadap Gaza. Pernyataan itu memicu reaksi keras, termasuk dari Menteri Luar Negeri Prancis yang menyebut tuduhan Netanyahu sebagai fitnah yang tak berdasar.

Blokade selama dua bulan yang dilakukan Israel telah membuat lebih dari dua juta warga Gaza hidup dalam kondisi memprihatinkan-kelaparan, tanpa akses obat-obatan, dan dikepung konflik tanpa jalan keluar. Saat tekanan internasional semakin besar, Netanyahu justru memilih menuding balik pihak-pihak yang menyerukan perdamaian, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Kanada Mark Carney, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

Dituding Sokong Teroris, Netanyahu Serang Pemimpin Dunia yang Desak Hentikan Blokade Gaza
- (Dok. CNN).

Dalam pernyataannya di media sosial, Netanyahu menyebut ketiga pemimpin itu telah "berada di pihak yang salah dalam sejarah" karena bersuara untuk penghentian agresi. Ia bahkan menyebut para pemimpin Barat tersebut sebagai pihak yang disukai oleh "pemerkosa dan pembunuh bayi", sebuah retorika yang dianggap membahayakan dan menghasut.

Di sisi lain, para analis dan diplomat Arab melihat langkah Netanyahu sebagai upaya mempertahankan kekuasaannya di tengah tekanan domestik. Dengan membidik negara-negara Barat, Netanyahu dinilai sedang mengalihkan perhatian dari semakin memburuknya reputasi Israel di mata dunia internasional.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan situasi di Gaza sebagai "fase paling kejam dari konflik yang kejam", dengan hanya segelintir bantuan yang berhasil masuk, padahal kebutuhan sangat mendesak. "Yang dibutuhkan adalah gelombang bantuan kemanusiaan, bukan setetes bantuan simbolis," katanya.

UAE, salah satu negara Arab yang masih memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, sedang berupaya menekan agar 100 truk bantuan masuk Gaza, meski terbentur hari Sabat Yahudi. Negara Teluk itu juga disebut-sebut mendapat dukungan diam-diam dari Donald Trump yang mendorong pengiriman bantuan kemanusiaan sesegera mungkin.

Namun, distribusi bantuan pun bukan tanpa rintangan. Di beberapa titik, bantuan dibajak oleh kelompok bersenjata yang memanfaatkan kekacauan. Di sisi lain, kelompok kemanusiaan Palestina mengungkapkan bahwa beberapa serangan udara Israel justru menargetkan tim pengamanan yang menjaga truk bantuan. Enam anggota tim dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.

Sebuah klaim menyesatkan soal 14.000 bayi Palestina yang "akan meninggal dalam dua hari" sempat beredar dan dijadikan bahan serangan Netanyahu terhadap PBB. Padahal, PBB telah mengklarifikasi bahwa angka tersebut merupakan prediksi kasus malnutrisi akut sepanjang satu tahun, bukan dalam 48 jam seperti yang digaungkan Netanyahu.

Inggris, Prancis, dan Kanada tetap konsisten menyerukan gencatan senjata dan mendesak Israel agar membebaskan sandera serta membuka akses terhadap makanan, air, dan obat-obatan. Sebuah suara yang mencerminkan keprihatinan global akan penderitaan rakyat Palestina, dan bukan dukungan terhadap kelompok bersenjata.

Sementara Netanyahu terus melancarkan perang narasi di panggung internasional, warga Gaza masih harus bertahan hidup di tengah kehancuran. Hingga kini, hanya 119 truk bantuan yang berhasil masuk sejak Senin, jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan warga yang hidup dalam pengepungan.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Konflik Israel-Palestina
  • Israel
  • Palestina
  • Gaza

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE