Dibalik Kubus Putih La Defense: Film The Great Arch Kupas Harga Mahal Sebuah Ambisi
JAKARTA, GENVOICE. ID - Film terbaru garapan sutradara Prancis Stephane Demoustier, The Great Arch, menyoroti kisah nyata tragis arsitek asal Denmark, Johan Otto von Spreckelsen, yang ambisinya membangun monumen raksasa di kawasan La Defense, Paris, justru berakhir menghancurkan hidupnya. Mengangkat kisah penuh intrik politik dan konflik birokrasi, film ini menjadi salah satu rilisan arthouse paling menggugah tahun lalu.
Diadaptasi dari novel karya Laurence Cosse tahun 2016, The Great Arch menyajikan gambaran realistis proses pembangunan struktur publik di Prancis yang penuh tantangan, mulai dari ego para pemangku kepentingan, persoalan anggaran, hingga tarik-menarik kepentingan politik. Von Spreckelsen, yang awalnya hanyalah profesor arsitektur, tiba-tiba terpilih oleh Presiden François Mitterand untuk merancang monumen modern berbentuk kubus raksasa yang digadang-gadang sejajar dengan Arc de Triomphe dan Menara Eiffel.
Namun, alih-alih menjadi kejayaan, proyek ini menjadi titik balik menyakitkan bagi sang arsitek. Ia harus menghadapi perubahan desain, tekanan dari birokrat, serta naik-turunnya dukungan politik setelah kekalahan partai Mitterand dalam pemilu. Meskipun dibantu oleh arsitek Prancis Paul Andreu untuk aspek teknis, sikap keras kepala von Spreckelsen justru memperumit situasi.
Film ini dibintangi Claes Bang sebagai von Spreckelsen, dengan Sidse Babett Knudsen berperan sebagai istrinya, Liv. Keduanya menampilkan hubungan profesional dan emosional yang erat, namun ikut hancur seiring mandeknya proyek. Xavier Dolan juga tampil mencuri perhatian sebagai Subilon, pejabat cerdik yang memanipulasi arah proyek.
Demoustier, yang sebelumnya menggarap Borgo, kembali menunjukkan kemampuannya menyatukan drama dan ketegangan dalam balutan visual yang artistik. Film ini mengupas secara mendalam bagaimana idealisme seni bertabrakan dengan realitas birokrasi. Lokasi-lokasi nyata seperti tambang marmer di Tuscany turut dihadirkan, memperkuat atmosfer emosional film.
Meski film ini berakhir tragis, The Great Arch tak menggambarkan bagaimana monumen tersebut kini tetap berdiri megah, menjadi ruang publik yang hidup dan ikonik, dihiasi aktivitas para skater, penari jalanan, hingga remaja yang bersantai di bawah bayangan arsitektur modern tersebut.
The Great Arch bukan hanya kisah tentang pembangunan sebuah bangunan, tetapi juga tentang kehancuran seorang visioner yang tak mampu menaklukkan kerasnya sistem. Film ini memperlihatkan bahwa di balik megahnya struktur beton, tersimpan cerita getir tentang mimpi, pengkhianatan, dan harga mahal dari sebuah ambisi.
0 Comments





- Yadnya Kasada, Saat Budaya Jadi Soft Power dan Simbol Identitas Bangsa
- Dari LBH hingga Kasus Besar, Inilah Perjalanan Karir Hotma Sitompul yang Telah Berakhir
- Piala Presiden 2025 Dimulai Juli, Hadiah Juara 1 Mencapai 5 Miliar
- Garuda Terbang ke Sydney, Bawa Misi Balas Dendam dan Tiket Piala Dunia!
- Trump Ngegas! Tarif Dagang Naik Tapi Rupiah Malah Diprediksi Bakal Nanjak
- Aksi Curanmor Ketahuan Gara-Gara Sosmed, 3 Pelaku Diringkus Polisi
- No Sugar, No Problem! 8 Minuman Segar yang Bikin Diet Makin Happy
- Inilah Deretan Mantan Luna Maya Sebelum Bersama Maxime, Dari Ariel NOAH sampai Reino Barack
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!