Ketegangan Perang Dagang AS-Tiongkok Kembali Memanas, Pasar Global Bergejolak
JAKARTA, GENVOICE.ID - Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat seiring keputusan kedua negara untuk saling menaikkan tarif impor. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif yang diberlakukan pemerintahannya "berjalan sangat baik", meskipun berbagai indikator menunjukkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Pada Jumat lalu, pemerintah Tiongkok kembali menaikkan tarif terhadap produk-produk asal AS hingga mencapai 125 persen. Langkah ini merupakan respons atas kebijakan tarif tinggi dari Washington dan menandai babak baru dalam eskalasi sengketa perdagangan kedua negara.
Di sisi lain, pemerintah AS menunda rencana kenaikan tarif lebih tinggi hingga Juli mendatang, namun tetap memberlakukan tarif sebesar 10 persen untuk sejumlah negara. Gedung Putih optimistis ekonomi AS akan memasuki masa keemasan dan menyatakan sejumlah negara sedang berupaya melakukan negosiasi perdagangan.
Meski demikian, sejumlah analis ekonomi menyampaikan pandangan berbeda. CEO BlackRock Larry Fink menyebut perekonomian AS saat ini sangat dekat, jika bukan sudah berada, dalam kondisi resesi. Hal serupa diungkapkan CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon yang menilai perekonomian terbesar dunia itu tengah menghadapi gejolak serius.
Data terbaru dari University of Michigan menunjukkan indeks sentimen konsumen AS turun 11 persen menjadi 50,8 persen, level terendah sejak pandemi Covid-19. Sementara itu, ekspektasi inflasi konsumen selama satu tahun ke depan melonjak menjadi 6,7 persen, tertinggi sejak 1981.
Di pasar keuangan, indeks saham S&P 500 mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak November 2023 sebesar 5,7 persen, meski sempat mengalami penurunan tajam 12 persen dalam empat sesi sebelumnya. Obligasi pemerintah AS, yang biasanya dianggap sebagai aset paling aman, justru mengalami penurunan nilai terbesar sejak 2019.
Kondisi ketidakpastian ini juga berdampak ke industri otomotif. Tesla, misalnya, menghentikan pemesanan dua model mobil impor asal AS di pasar Tiongkok, menyusul lonjakan tarif impor yang membuat harga kendaraan asal AS menjadi kurang kompetitif dibandingkan produksi lokal.
Sementara itu, sejumlah anggota Senat AS dari Partai Demokrat mendesak Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) untuk menyelidiki dugaan perdagangan orang dalam setelah pernyataan Presiden Trump di media sosial yang mendorong pembelian saham di tengah ketidakpastian pasar.
Para ekonom di Inggris pun mewaspadai dampak lanjutan dari perang dagang ini. Meskipun ekonomi Inggris mencatat pertumbuhan 0,5 persen pada Februari, diperkirakan momentum ini tidak akan bertahan lama akibat dampak perang dagang yang berpotensi melemahkan perekonomian global.
Situasi perang dagang AS-Tiongkok saat ini menunjukkan bahwa ketegangan ekonomi internasional belum mereda dan terus menimbulkan ketidakpastian di pasar global. Meskipun ada klaim optimisme dari pemerintah AS, berbagai indikator ekonomi dan sentimen pasar menunjukkan bahwa risiko resesi dan inflasi tinggi masih menjadi ancaman nyata.
0 Comments





- Steven Yeun Dipastikan Akan Mengambil Peran di Film "Avatar Aang"
- Ed Sheeran Bocorkan Undangan Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco Sudah Disebar
- Netanyahu Tegaskan Tolak Akhiri Perang, Janji Kuasai Gaza Sepenuhnya
- Presenter Conan O'Brien Sindir Skandal Film "Emilia Pérez" di Pembukaan Oscar
- Mark Ruffalo Kembali Perankan Bruce Banner di Film Terbaru 'Spider-Man: Brand New Day'
- Mbappé Terima Kartu Merah, Real Madrid Tahan Kemenangan 1-0 atas Alavés
- Anthony Davis Kembali Bermain Setelah Enam Minggu Absen, Sumbang 12 Poin untuk Mavericks
- Perang Dagang AS Tiongkok Memanas, Yuan Terjun ke Level Terendah Sejak 2023
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!