Trump Main Video Provokatif soal Afrika Selatan, Klaim 'Genosida Kulit Putih' Dipertanyakan

JAKARTA, GENVOICE.ID - Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di Gedung Putih mendadak berubah arah ketika Trump memutar sebuah video yang mengklaim petani kulit putih di Afrika Selatan menjadi korban pembunuhan karena ras mereka. Video itu menampilkan potongan pidato tokoh oposisi sayap kiri, Julius Malema, dan lagu kontroversial "Kill the Boer", yang disebut Trump sebagai bukti adanya diskriminasi sistematis terhadap warga kulit putih di sana.

Ramaphosa, yang turut membawa pegolf Ernie Els dan Retief Goosen serta konglomerat Johann Rupert, tampak tak terkejut namun tetap tenang. Ketiganya, yang memiliki pengaruh besar di dalam dan luar negeri, hadir sebagai upaya simbolis untuk memperkuat posisi Ramaphosa di hadapan Trump.

Trump Main Video Provokatif soal Afrika Selatan, Klaim 'Genosida Kulit Putih' Dipertanyakan
- (Dok. CNN).

Trump, sebelumnya telah menandatangani kebijakan yang memangkas bantuan ke Afrika Selatan dengan alasan diskriminasi rasial terhadap minoritas Afrikaner. Ia juga membuka program pengungsi khusus untuk warga Afrikaner, dan kelompok pertama dari program itu telah tiba di AS bulan ini.

Sementara itu, di Afrika Selatan, undang-undang pengambilalihan tanah tanpa kompensasi dalam kondisi tertentu telah menimbulkan perdebatan. Pemerintah berdalih aturan ini bertujuan mengatasi ketimpangan sejarah, namun sejumlah pihak khawatir kebijakan tersebut dapat berujung pada kekacauan seperti yang pernah terjadi di Zimbabwe.

Video yang diputar Trump juga menampilkan mantan Presiden Jacob Zuma, kini pemimpin partai baru MK, menyanyikan lagu dengan lirik bernada kekerasan. Klip itu ditutup dengan tayangan deretan salib putih yang diklaim sebagai penghormatan kepada petani kulit putih yang dibunuh, meski kebenaran lokasi dan konteksnya belum dapat diverifikasi.

Namun data resmi menunjukkan, pembunuhan di lahan pertanian tak hanya menimpa petani kulit putih. Penelitian dan catatan kepolisian menunjukkan bahwa motif ekonomi lebih dominan ketimbang rasial, dengan korban dari berbagai latar belakang etnis.

Menteri Pertanian Afrika Selatan, John Steenhuisen-tokoh kulit putih dari oposisi utama-mengatakan sebagian besar petani masih memilih bertahan di tanah mereka. Ia juga menekankan bahwa koalisi politik antara partainya dan ANC dilakukan untuk mencegah kelompok-kelompok ekstrem seperti EFF dan MK menguasai panggung politik.

Sementara Trump terlihat terprovokasi oleh narasi "genosida kulit putih", Rupert menegaskan bahwa kriminalitas adalah persoalan yang dirasakan semua warga, tanpa memandang warna kulit. Ia bahkan menyampaikan kekhawatiran istrinya soal keamanan dan pentingnya akses internet untuk layanan publik, termasuk di kantor polisi.

Kini, pertanyaannya adalah: apakah pertemuan ini akan membuat Trump melunak dan bersedia menghadiri KTT G20 di Johannesburg pada November mendatang? Atau justru memperkuat pandangannya yang keliru soal realitas Afrika Selatan?

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Presiden Trump
  • Amerika Serikat
  • Afrika

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE