Dukungan Militer Menguat, Wacana Pembagian Wilayah Ukraina Muncul di Tengah Ketegangan

JAKARTA, GENVOICE.ID - Ketegangan dalam perang Ukraina-Rusia terus berlanjut, diiringi dengan berbagai perkembangan di ranah diplomasi, militer, dan geopolitik. Utusan khusus Donald Trump untuk Ukraina, Jenderal Keith Kellogg, menyampaikan usulan skema pembagian wilayah di Ukraina yang menyerupai pembagian Berlin setelah Perang Dunia Kedua.

Ia menyebutkan kemungkinan adanya zona pengendalian, di mana pasukan Inggris dan Prancis akan ditempatkan di wilayah barat, pasukan Rusia di wilayah timur, serta pasukan Ukraina dan zona demiliterisasi di antaranya. Amerika Serikat, menurut Kellogg, tidak akan menurunkan pasukan darat dalam skema tersebut. Pemerintah Ukraina hingga kini belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan ini.

Dukungan Militer Menguat, Wacana Pembagian Wilayah Ukraina Muncul di Tengah Ketegangan
- (Dok. Tufts).

Di tengah situasi tersebut, Donald Trump mengeluarkan pernyataan kepada Vladimir Putin menjelang pertemuan antara utusan khusus AS, Steve Witkoff, dengan Presiden Rusia. Melalui media sosial Truth Social, Trump menyebut bahwa Rusia harus segera bertindak, mengingat korban jiwa terus bertambah setiap minggu akibat perang yang menurutnya tidak seharusnya terjadi. Pertemuan diplomatik di St. Petersburg itu berlangsung lebih dari empat jam, membahas penyelesaian konflik Ukraina. Pihak Kremlin menyebutkan pertemuan tersebut produktif, meskipun belum ada kesepakatan yang diumumkan secara terbuka.

Di sisi lain, dukungan militer untuk Ukraina terus bertambah. Negara-negara sekutu sepakat memberikan tambahan bantuan senilai €21 miliar atau sekitar $24 miliar. Dalam pertemuan di Brussels, Menteri Pertahanan Inggris John Healey menyatakan bahwa meskipun Presiden Putin menyatakan keinginan untuk damai, serangan terhadap target militer dan sipil di Ukraina tetap berlangsung. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta tambahan 10 sistem pertahanan udara Patriot dan menyatakan bahwa Ukraina siap membelinya untuk memperkuat pertahanan udara.

Sementara itu, di medan tempur, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menghancurkan 13 drone Ukraina dalam waktu 30 menit di wilayah Rostov dan Kursk. Angkatan Udara Ukraina mengonfirmasi telah menembak jatuh 24 drone serta menggagalkan 13 lainnya melalui sistem perang elektronik.

Laporan Reuters juga mengungkapkan bahwa lebih dari 100 warga negara Tiongkok dilaporkan berperang di pihak Rusia sebagai tentara bayaran. Meski demikian, tidak ditemukan bukti keterlibatan langsung dari pemerintah Tiongkok. Sejumlah perwira militer Tiongkok disebut berada di garis belakang Rusia untuk mempelajari taktik dan situasi di medan perang.

Di tengah situasi yang masih belum stabil, parlemen Ukraina hampir pasti akan memperpanjang status darurat militer sebelum masa berlakunya berakhir pada 9 Mei mendatang. Ketua parlemen Ukraina, Ruslan Stefanchuk, menyatakan bahwa pemilu bebas dan adil sulit diselenggarakan dalam kondisi sebagian wilayah negara masih diduduki dan terus diserang, meskipun Ukraina tetap berkomitmen pada prinsip demokrasi.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Perang Rusia-Ukraina
  • Ukraina

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE