Pelopor AI Prediksi Revolusi Teknologi Baru dalam 5 Tahun ke Depan

D
Daniel R
Penulis
Techno
Pelopor AI Prediksi Revolusi Teknologi Baru dalam 5 Tahun ke Depan
Pelopor AI Yann LeCun - (Dok. MIT Technology Review).

JAKARTA, GENVOICE.ID - Salah satu pelopor kecerdasan buatan atau AI, Yann LeCun, memprediksi akan ada revolusi baru dalam teknologi ini sebelum tahun 2030. Menurutnya, sistem AI saat ini masih terbatas dan belum cukup canggih untuk menciptakan robot rumah tangga atau mobil yang sepenuhnya otomatis.

LeCun, yang merupakan Kepala Ilmuwan AI di Meta, perusahaan milik Mark Zuckerberg, mengatakan bahwa AI masih memerlukan terobosan baru agar dapat memahami dan berinteraksi dengan dunia nyata secara lebih baik.

Ia berbicara setelah menerima penghargaan Queen Elizabeth Prize for Engineering senilai 500 ribu poundsterling, bersama enam insinyur lainnya, atas kontribusinya dalam pengembangan pembelajaran mesin, salah satu dasar utama AI.

Sejak munculnya ChatGPT dari OpenAI, perkembangan AI semakin pesat, membuat banyak orang bersemangat sekaligus khawatir akan potensi AI yang mencapai kecerdasan setara manusia.

iklan gulaku

Namun, LeCun menjelaskan bahwa teknologi AI saat ini masih jauh dari menyamai manusia atau hewan. Saat ini, AI memang unggul dalam memanipulasi bahasa, tetapi masih belum bisa memahami dunia fisik dengan baik.

"Kita masih menghadapi banyak tantangan ilmiah dan teknologi. Kemungkinan besar akan ada revolusi AI lainnya dalam 3-5 tahun ke depan karena keterbatasan sistem yang ada saat ini. Jika kita ingin membangun robot rumah tangga dan mobil yang sepenuhnya otomatis, kita butuh sistem yang benar-benar memahami dunia nyata," ujarnya, dikutip dari The Guardiang, Sabtu (8/9).

LeCun sendiri sedang mengembangkan sistem AI yang bisa memahami dunia fisik dengan cara memprediksi bagaimana dunia bekerja. Menurutnya, AI belum bisa menyamai manusia, tetapi jika AI bisa mencapai kecerdasan setara kucing atau tikus, itu sudah merupakan kemajuan besar.

Sementara itu, rekan LeCun yang juga penerima QEPrize, Yoshua Bengio, menekankan bahwa masih perlu ada perkembangan dalam aspek keamanan AI. Ia berharap konferensi global AI di Paris minggu depan bisa membahas masalah ini dengan serius.

"Saya ingin para pemimpin dunia memahami betapa besar kekuatan yang sedang kita ciptakan. Kekuatan ini bisa membawa manfaat besar, tapi juga bisa berbahaya jika tidak dikelola dengan baik," kata Bengio.

Pada tahun 2018, Bengio dan LeCun berbagi Turing Award, setara dengan Nobel di bidang komputasi, bersama Geoffrey Hinton, yang juga diumumkan sebagai pemenang QEPrize tahun ini. Penghargaan ini diberikan setelah beberapa pelopor AI memenangkan dua Nobel tahun lalu, termasuk Hinton yang meraih Nobel Fisika bersama ilmuwan AS, John Hopfield, serta tim ilmuwan Google DeepMind yang memenangkan Nobel Kimia.

  • Tag:
  • destinasi impian
  • kota terbaik
  • travel guide
  • wisata australia
  • Australia

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Update Today