Universitas Belanda Bekukan Kerja Sama dengan Tiga Universitas Israel, Sebut Ada Risiko Pelanggaran HAM
JAKARTA, GENVOICE.ID - Universitas Erasmus Rotterdam (EUR) di Belanda resmi mengumumkan penghentian sementara seluruh bentuk kerja sama kelembagaan dengan tiga universitas di Israel.
Dilansir dari Antara, keputusan ini diumumkan pada Kamis (5/6), dan disebut sebagai langkah yang diambil atas dasar prinsip hak asasi manusia.
"Universitas Erasmus Rotterdam segera membekukan kerja sama dengan Universitas Bar-Ilan, Universitas Ibrani Yerusalem, dan Universitas Haifa," demikian pernyataan resmi pihak kampus.
Keputusan tersebut diambil setelah adanya rekomendasi dari Advisory Committee on Sensitive Collaborations (ACGS), sebuah komite independen yang menyelidiki kemungkinan keterlibatan universitas-universitas tersebut dalam pelanggaran HAM.
Menurut Presiden Dewan Eksekutif EUR, Annelien Bredenoord, keputusan pembekuan ini diambil karena adanya risiko signifikan terhadap keterlibatan tidak langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia, khususnya yang terkait konflik di wilayah pendudukan.
"Kerja sama internasional kami didasarkan pada kebebasan akademik dan diplomasi ilmiah. Namun kebebasan itu memiliki batas, terutama ketika hak asasi manusia yang mendasar dipertaruhkan," ujarnya.
Universitas Bar-Ilan disebut memiliki risiko signifikan terlibat dalam pelanggaran HAM, sementara Universitas Ibrani Yerusalem dan Universitas Haifa dinilai memiliki hubungan yang erat dengan militer Israel (IDF). EUR menyatakan bahwa kerja sama dengan kedua universitas tersebut hanya dapat dilanjutkan jika mereka dapat secara jelas menjauhkan diri dari aktivitas yang terkait pelanggaran HAM, termasuk keterlibatan dalam penelitian di wilayah pendudukan dan kolaborasi dengan IDF.
EUR menyadari bahwa keputusan ini akan menimbulkan beragam reaksi, baik dari komunitas akademik maupun publik. Pihak universitas juga menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya rasa tidak aman di kalangan mahasiswa dan staf, baik dari latar belakang Yahudi/Israel maupun mereka yang mendukung gerakan pro-Palestina.
"Kami berkomitmen menciptakan kampus yang aman, inklusif, dan menghargai keberagaman pendapat," bunyi pernyataan Dewan Eksekutif. "Kami menyadari bahwa rasa tidak aman tidak selalu dapat sepenuhnya dikendalikan, tetapi kami akan terus menciptakan ruang untuk dialog yang saling menghormati."
Langkah ini menjadikan Universitas Erasmus sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi di Eropa yang secara terbuka menanggapi situasi geopolitik dengan meninjau kembali kerja sama akademik atas dasar etika dan hak asasi manusia.
0 Comments





- CEO Netflix Ted Sarandos Sindir Film Bioskop: "Jangan Paksa Penonton Nonton Cara Lama"
- Libur Panjang Waisak, KAI Divre I Sumut Laku Keras, Angkut 16.548 Penumpang dalam Dua Hari
- 8 Nutrisi Penting untuk Kuku Sehat dan Kuat
- Nostalgia Milenial dan Kekuatan Stitch! Ini Alasan Film 'Lilo & Stitch' Meledak di Box Office hingga Tembus 341 Juta Dol...
- Saturday Night Live Rayakan 50 Tahun dengan Konser Spektakuler di Radio City Music Hall
- Neighbours" Tamat Lagi: Akhir dari Era Ikonik di Dunia Sinetron
- Kanya Couture Hadirkan Gaun Pesta Glamor nan Praktis di Indonesia Fashion Week 2025
- Jennifer Lawrence Ungkap Perjuangan Pasca Melahirkan dalam Film Terbarunya di Cannes
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!