Bom Bunuh Diri Meledak di Gereja Damaskus, Tewaskan 22 Orang dan Lukai Puluhan Lainnya
JAKARTA, GENVOICE.ID - Sebuah serangan bom bunuh diri mengguncang sebuah gereja di pusat kota Damaskus, Suriah, Minggu malam waktu setempat. Aksi brutal yang diduga dilakukan oleh kelompok Islamic State (ISIS) ini menyebabkan sedikitnya 22 orang meninggal dunia dan lebih dari 60 orang lainnya mengalami luka-luka.
Insiden berdarah ini terjadi di Gereja Ortodoks Yunani Santo Elias, yang terletak di kawasan bersejarah komunitas Kristen Damaskus. Pelaku masuk ke dalam rumah ibadah saat ibadah malam tengah berlangsung. Ia sempat menembaki jemaat sebelum akhirnya meledakkan diri menggunakan rompi bom. Laporan saksi mata juga menyebut adanya pelaku kedua yang ikut melepaskan tembakan namun tidak ikut melakukan aksi bom bunuh diri.
"Kami hanya datang untuk berdoa, lalu semuanya berubah menjadi mimpi buruk," ujar salah satu jemaat yang selamat.
Video amatir dari lokasi memperlihatkan interior gereja yang hancur berantakan, bangku-bangku kayu berserakan, dan korban yang tergeletak bersimbah darah. Suara ledakan terdengar hingga beberapa blok, memicu kepanikan warga dan memicu pengerahan besar-besaran pasukan keamanan dan tim penyelamat.
Pihak berwenang Suriah mengonfirmasi bahwa serangan ini adalah aksi teror besar pertama yang dilakukan ISIS sejak jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad akhir tahun lalu. Setelah rezim lama tumbang, pemerintahan baru yang dipimpin oleh eks pemberontak Islamis dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berkuasa dan berjanji menjaga keamanan bagi seluruh warga, termasuk kelompok minoritas.
Pemerintah menyebut kelompok ISIS memanfaatkan kekosongan kekuasaan dan menyusun kembali kekuatan mereka. Senjata dan amunisi yang ditinggalkan oleh tentara lama yang mundur menjadi alat bagi ISIS untuk memulai kembali operasi mereka.
Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, sebelumnya sempat dikritik oleh simpatisan ISIS setelah fotonya beredar bertemu dengan mantan Presiden AS, Donald Trump, dalam pertemuan di Riyadh. Kelompok ekstremis tersebut menganggap pertemuan itu sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai jihad.
Meski pemerintahan baru berusaha menunjukkan sikap inklusif, termasuk memberikan perlindungan bagi komunitas Kristen, insiden tragis ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas di negara yang masih dipenuhi berbagai faksi bersenjata.
Kementerian Informasi Suriah mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai upaya untuk memecah belah masyarakat. Sementara itu, PBB melalui Utusan Khusus untuk Suriah, Geir Pedersen, menyebut serangan ini sebagai "kejahatan keji" dan mendesak adanya penyelidikan menyeluruh.
Pemerintah setempat berjanji akan terus memperkuat keamanan di wilayah-wilayah rawan dan menyatukan kelompok-kelompok bersenjata ke dalam angkatan bersenjata nasional untuk menstabilkan kondisi negara.
0 Comments
- Trump Mau Pindahkan 1 Juta Warga Gaza ke Libya? Ini Rencana Kontroversialnya
- Charlize Theron Sebut Uma Thurman Layak Dapat Oscar Berkat 'Kill Bill'
- Mikey Madison Putuskan Mundur dari Proyek Film Star Wars Terbaru
- Patrick Dempsey Dipastikan Absen dari "Scream 7"
- Pharrell Williams dan Michel Gondry Batalkan Film Musikal Mereka Setelah Proses Syuting
- NATO Siap Hadapi Ancaman Rusia, Anggaran Militer Bakal Naik Jadi 5% PDB
- Penuh Laga! Sutradara Chad Stahelski Ungkap Film 'John Wick: Chapter 5' Akan Sangat Berbeda dari Sebelumnya
- Sarwendah Buka Suara soal Isu Pacaran dengan Giorgio Antonio
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!