Zelenskyy Klaim Rusia Belum Serius untuk Berdamai, Kirim Delegasi ke Istanbul untuk Negosiasi Perdamaian
JAKARTA, GENVOICE.ID - Volodymyr Zelenskyy mengutus delegasi ke Istanbul untuk menggelar pembicaraan damai dengan Rusia, menandai negosiasi langsung pertama antara kedua negara sejak Maret 2022. Namun, Zelenskyy menilai Rusia belum menunjukkan keseriusan dalam pembicaraan ini.
Jadwal negosiasi akan dimulai Jumat, dengan fokus utama Ukraina meminta gencatan senjata selama 30 hari. Dalam konferensi pers di Ankara usai bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an, Zelenskyy menyatakan bahwa meski Rusia mengirim tim tingkat rendah, Kyiv tetap mengirimkan delegasi guna menunjukkan komitmen kepada mantan Presiden AS Donald Trump.
"Rusia tampaknya belum cukup serius dalam proses ini. Namun, demi menghormati Presiden Trump dan Erdo?an, kami memutuskan mengirim delegasi ke Istanbul," ujar Zelenskyy, yang menyebut Menteri Pertahanan Rustem Umerov memimpin timnya.
Trump dan beberapa pejabat AS diperkirakan hadir dalam pembicaraan tersebut, meski peran mereka belum dipastikan. Negosiasi akan berlangsung di Istana Dolmabahçe, lokasi yang sama dengan pertemuan gagal pada 2022.
Kedatangan terpisah delegasi Rusia dan Ukraina di dua kota berbeda menimbulkan keraguan apakah pembicaraan benar-benar akan terjadi. Kremlin mengonfirmasi bahwa Putin menolak hadir, menolak tawaran Zelenskyy untuk pertemuan langsung.
Trump sendiri menyatakan, tanpa pertemuan antara dirinya dan Putin, tidak akan ada kemajuan berarti. Pernyataan ini didukung oleh Senator Marco Rubio, yang menyebut terobosan hanya mungkin jika kedua pemimpin itu bertemu.
Situasi ini membuat harapan untuk kemajuan pembicaraan memudar, terutama karena Putin menunjuk Vladimir Medinsky, mantan menteri kebudayaan, sebagai pimpinan delegasi Rusia. Medinsky dikenal kurang bersahabat dalam pembicaraan damai dan sebelumnya terlibat dalam pembicaraan yang gagal tahun 2022.
Zelenskyy menegaskan bahwa Rusia tidak membawa perwakilan yang berwenang untuk membuat keputusan, sehingga menunjukkan kurangnya niat baik Moskow. "Ini bentuk ketidakhormatan terhadap Erdo?an, Trump, dan proses negosiasi," katanya.
Di sisi lain, Putin tampak yakin bahwa Rusia dapat bertahan lebih lama di medan perang dan menolak gencatan senjata sebelum mendapatkan konsesi besar dari Ukraina dan Barat. Ia menolak mengirim diplomat senior seperti Yuri Ushakov dan Sergei Lavrov, sebagai tanda ketidakseriusannya.
Ukraina dan sekutu Eropanya mendesak Amerika Serikat untuk memberlakukan sanksi lebih ketat jika negosiasi gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata. Zelenskyy menyatakan, "Jika tidak ada gencatan senjata, kami meminta sanksi lebih keras untuk mempercepat akhir perang."
Sementara itu, Trump mengisyaratkan kemungkinan hadir di Turki jika ada perkembangan signifikan, tetapi belum ada kepastian mengenai hal itu.
Zelenskyy tetap optimistis dan menekankan pentingnya Ukraina untuk bersikap konstruktif dalam negosiasi, agar tidak menjadi pihak yang disalahkan atas kegagalan pembicaraan.
0 Comments





- Shakira Ungkap Hidup dalam Ketakutan sebagai Imigran di AS
- Ferran Torres Jadi Penentu Kemenangan Barcelona atas Atlético Madrid
- Ketenangan Arne Slot Membawa Liverpool Menuju Gelar Liga Ke-20
- Dana White Sebut Conor McGregor Tidak Akan Kembali Bertarung Dalam Waktu Dekat
- Ingin Rebut Pasar Gen Z dari TikTok, Instagram Tingkatkan Fitur Pencarian
- Lorde Tuai Kecaman Gara-Gara Komentar Soal Video Syur Pamela Anderson dan Tommy Lee
- Dave Grohl Bikin Geger: Drama di Tubuh Foo Fighters Makin Panas Usai Skandal dan Isu Pemecatan Drummer
- AI Mulai Masuki Industri Film, James Cameron: "Harus Kurangi Biaya Tanpa Mengorbankan Tenaga Kerja"
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!