Korea Selatan Siap Pilih Presiden Baru Usai Krisis Politik dan Fokus pada Masalah Ekonomi
JAKARTA, GENVOICE.ID - Setelah mengalami gejolak politik yang luar biasa selama beberapa bulan terakhir, Korea Selatan kini bersiap menyelenggarakan pemilihan presiden baru dengan harapan politik kembali berfokus pada isu-isu utama seperti pengangguran pemuda dan kenaikan biaya hidup.
Perhatian publik kini beralih dari drama pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk Yeol ke agenda ekonomi, menjelang pemilihan yang dijadwalkan berlangsung pada 3 Juni. Yoon sendiri sempat memicu krisis besar setelah menyatakan darurat militer pada akhir tahun lalu, yang kemudian berujung pada pemakzulannya oleh Mahkamah Konstitusi.
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia, Korea Selatan sedang menghadapi sejumlah tantangan berat. Pertumbuhan ekonomi melambat, demografi penduduk yang menua, tingkat kelahiran yang sangat rendah, dan dampak ketegangan perdagangan global menjadi perhatian utama.
Pemilihan kali ini menampilkan persaingan ketat antara Kim Moon-soo, calon dari partai konservatif People Power Party (PPP), dan Lee Jae-myung, kandidat dari Partai Demokrat yang saat ini memimpin dalam survei popularitas. Kim dikenal sebagai tokoh garis keras yang ingin mengembalikan stabilitas dan fokus pada pemulihan ekonomi, sementara Lee menghadapi beberapa dakwaan hukum namun tetap mendapat dukungan luas.
Kim menegaskan komitmennya untuk menjadi presiden yang benar-benar memprioritaskan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi, terutama dalam menghadapi pengangguran pemuda yang mencapai rekor tertinggi serta krisis perumahan dan biaya hidup.
Di sisi lain, Lee berjanji akan mengembangkan ekonomi melalui teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan memanfaatkan gelombang budaya Korea yang mendunia untuk mendorong ekspor dan pariwisata. Ia juga ingin memberikan insentif pajak agar pasangan muda lebih terdorong memiliki anak, sebagai upaya mengatasi penurunan populasi.
Kedua calon ini harus meyakinkan publik di tengah dinamika politik yang rumit, di mana ketegangan partai konservatif memperlihatkan betapa beratnya tantangan yang harus dihadapi PPP setelah masa pemerintahan Yoon yang penuh kontroversi.
Sementara itu, isu keamanan juga menjadi sorotan, dengan Lee yang berusaha menjaga keselamatan dirinya di tengah ancaman kekerasan politik, termasuk serangan fisik yang pernah dialaminya.
Korea Herald dalam editorialnya mengingatkan warga bahwa pemimpin baru tidak hanya akan mewarisi pemerintahan yang terpecah, tetapi juga tanggung jawab besar untuk membangun kembali kepercayaan publik, memperkuat ekonomi, dan menghadapi ketidakpastian dunia yang terus berubah.
Survei terbaru menunjukkan Lee unggul signifikan dibanding Kim, namun pemilihan masih terbuka dan menjadi momen penting bagi Korea Selatan untuk menentukan arah masa depannya.
0 Comments





- Grup Rap asal New York Umumkan Tur Terakhir di Amerika Utara, Dimulai Juni 2025
- Mick Schumacher Berpeluang Kembali ke F1 Setelah Tim Cadillac Resmi Bergabung
- Jon Bon Jovi Tegaskan Belum Pensiun dari Musik
- Westlife Siap Rayakan 25 Tahun Karier Tanpa Mark Feehily, Album Baru dan Konser Spesial Segera Hadir
- Penggunaan AI Akibatkan Tingkat Pengangguran di Sektor IT Amerika Serikat Naik Jadi 5,7 Persen
- Ujaran Kebencian di X Meningkat 50 Persen Setelah Akuisisi oleh Elon Musk Menurut Penelitian
- Helikopter AW 189 Milik Polri, Cetak Sejarah Terbangkan Prabowo-Macron
- Red Bull Ganti Lawson dengan Tsunoda, Keputusan Strategis atau Tindakan Panik?
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!