Serangan Pecah di Kharkiv, Kyiv, dan Odesa: Rusia Hantam Target Sipil, Tiga Tewas

JAKARTA, GENVOICE.ID - Serangan mematikan kembali mengguncang sejumlah kota besar di Ukraina saat Rusia melancarkan gelombang serangan baru yang menyasar kawasan sipil.

Di Kharkiv, serangan drone Rusia pada Selasa malam menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 28 lainnya. Menurut Wali Kota Kharkiv Igor Terekhov, total 17 serangan drone menimpa dua distrik di kota itu. Salah satu gedung lima lantai terbakar hebat, dengan lebih dari 15 apartemen hangus dan beberapa rumah lain rusak berat. Ia juga mengkhawatirkan adanya korban yang masih tertimbun di bawah reruntuhan.

Serangan Pecah di Kharkiv, Kyiv, dan Odesa: Rusia Hantam Target Sipil, Tiga Tewas
- (Dok. The Economist).

Sementara itu, serangan serupa juga terjadi di Kyiv dan Odesa pada hari yang sama. Akibat serangan tersebut, sedikitnya tiga orang tewas dan 13 orang mengalami luka-luka. Beberapa fasilitas sipil seperti ruang bersalin dan katedral ikut menjadi sasaran. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyuarakan kekecewaannya terhadap Donald Trump yang dinilainya terlalu pasif, seraya menuntut adanya tindakan nyata setelah tujuh dari sepuluh distrik di Kyiv dihantam rudal dan drone.

Di tengah gempuran tersebut, pertukaran tawanan perang kembali dilakukan antara Ukraina dan Rusia. Pertukaran yang berlangsung dua hari berturut-turut ini merupakan hasil nyata dari perundingan terakhir kedua negara di Turki. Ukraina berhasil memulangkan beberapa prajurit yang telah ditahan selama lebih dari tiga tahun usai pertempuran di Mariupol. Banyak dari mereka mengalami luka berat, seperti amputasi anggota tubuh dan gangguan penglihatan. Rusia juga menerima kembali sejumlah tentaranya dalam pertukaran ini.

Kisah haru juga datang dari Amina Ivanchenko yang akhirnya bisa memeluk kembali suaminya setelah 18 bulan terpisah. Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan pemerintah. "Perjuangan saya menjadi lebih ringan berkat mereka. Negara kita akan membawa pulang semua. Kemuliaan bagi Ukraina!" ucapnya.

Di sisi lain, Uni Eropa terus menekan Rusia dengan mengajukan paket sanksi ke-18. Paket baru ini menyasar sumber pendapatan utama Moskow seperti sektor energi, perbankan, dan industri militer. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengusulkan penurunan batas harga minyak Rusia dari 60 dolar menjadi 45 dolar AS per barel. Ia menekankan bahwa ekspor minyak menyumbang sepertiga dari pendapatan pemerintah Rusia, sehingga pengurangan harga ini penting untuk melemahkan kemampuan finansial Moskow.

Selain itu, Uni Eropa berencana memperluas larangan bisnis pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam proyek pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, memutus akses 22 bank Rusia dari sistem pembayaran Swift, menambah daftar kapal armada bayangan yang dilarang berlayar, serta menjatuhkan sanksi kepada perusahaan perdagangan minyak. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas menyatakan, "Ketika kapal-kapal armada bayangan Rusia terkena sanksi, mereka tak bisa berlabuh di pelabuhan. Rusia terpaksa mencari kapal baru, yang membuat biaya mereka meningkat dan keuntungan berkurang."

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Ukraina
  • Perang Rusia-Ukraina

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE