Trump Usulkan Rencana Damai: Ukraina yang Harus Berkorban

JAKARTA, GENVOICE.ID - Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa Crimea akan tetap menjadi bagian dari Rusia, dalam wawancara dengan majalah Time yang dirilis Jumat lalu. Dengan pernyataan ini, Trump mengisyaratkan dukungan terhadap aneksasi wilayah Ukraina oleh Moskow yang terjadi 11 tahun lalu.

Dalam transkrip wawancara, Trump mengungkapkan bahwa menurutnya Crimea tidak akan direbut jika ia menjabat pada 2014. Namun, ia juga mengatakan bahwa wilayah itu sudah "lama bersama Rusia" sehingga kini perlu diterima sebagai kenyataan. Trump tidak mengembangkan argumen bahwa pengakuan atas pendudukan Crimea diperlukan untuk mengakhiri serangan Rusia di Ukraina, sebelum pembicaraan bergeser ke topik lain, termasuk gagasannya tentang mencaplok Greenland dan Kanada.

Trump Usulkan Rencana Damai: Ukraina yang Harus Berkorban
- (Dok. Deccan Harald).

Sejak invasi penuh Rusia pada 2022, Ukraina berhasil mempertahankan ibu kota Kyiv, namun sekitar 18 persenwilayahnya masih berada di bawah kendali Rusia. Meski begitu, Ukraina terus menegaskan bahwa penyelesaian damai harus menghormati hukum internasional, bukan melalui pengakuan atas pendudukan paksa.

Rancangan penyelesaian yang disebut-sebut disusun oleh pihak AS, yang kini beredar di publik, mengusulkan "pengakuan de jure atas kontrol Rusia di Crimea". Hal ini memperlihatkan pendekatan negosiasi yang lebih menguntungkan Rusia, serupa dengan praktik kekuasaan besar pasca perang seperti Perjanjian Versailles 1919 dan Konferensi Potsdam 1945.

Di sisi lain, rencana damai Ukraina menawarkan gencatan senjata di garis depan saat ini sebelum membahas status wilayah. Kyiv, dengan dukungan dari negara-negara Eropa, berpendapat bahwa perdamaian harus berlandaskan keadilan dan kedaulatan, bukan hasil paksaan.

Bagi Ukraina, tantangan besar muncul: menerima ketentuan yang diajukan AS atau melanjutkan perjuangan dengan risiko kehilangan dukungan penting, termasuk pasokan sistem pertahanan canggih seperti rudal Patriot.

Sementara itu, Rusia terus meningkatkan serangan terhadap warga sipil Ukraina. Dalam beberapa pekan terakhir, serangan udara telah menewaskan puluhan orang, termasuk serangan terhadap taman bermain di Kryvyi Rih dan serangan roket di Sumy.

Trump, melalui media sosial, menyerukan penghentian perang dengan pesan singkat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, namun klaimnya soal jumlah korban dinilai berlebihan dan tidak akurat. Data dari pejabat Barat menunjukkan sekitar 250.000 tentara Rusia dan 46.000 tentara Ukraina tewas sejak awal invasi, dengan jumlah korban mingguan jauh lebih rendah dari klaim Trump.

Selain pengakuan atas Crimea, rancangan penyelesaian tersebut juga mencakup usulan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan dimulainya kembali kerja sama di sektor energi dan industri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Ukraina, yang tidak dilibatkan penuh dalam penyusunan kesepakatan, akan dipaksa menerima hasil yang merugikan kedaulatannya.

Perundingan damai tidak hanya mengakhiri perang, tetapi juga menetapkan norma diplomasi di masa depan. Nada yang lebih hangat antara AS dan Rusia dibandingkan dengan pendekatan Trump terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menambah tekanan terhadap Kyiv. Di hadapan pilihan sulit antara melanjutkan perlawanan atau menerima kehilangan Crimea, masa depan Ukraina tetap berada dalam ketidakpastian.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Presiden Trump
  • Amerika Serikat
  • Ukraina
  • Perang Rusia-Ukraina

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE