Trump Sebut AS Mengadakan Pertemuan dengan Iran, Bicarakan Mengenai Kesepakatan Nuklir

JAKARTA, GENVOICE.ID - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa negaranya mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran terkait upaya untuk mencegah negara tersebut mengembangkan senjata nuklir. Pernyataan ini disampaikan saat Trump duduk bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Kantor Oval.

Trump mengindikasikan bahwa pembicaraan akan dilanjutkan pada akhir pekan mendatang, meskipun ia juga menyebut bahwa komunikasi sudah dimulai sebelumnya. Ia menegaskan bahwa pendekatan diplomatik ini bertujuan menghindari kemungkinan tindakan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.

Trump Sebut AS Mengadakan Pertemuan dengan Iran, Bicarakan Mengenai Kesepakatan Nuklir
- (Dok. KTVQ).

"Kami mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran. Ini akan berlanjut pada hari Sabtu dalam pertemuan besar. Kita akan lihat apa yang bisa terjadi," ujar Trump kepada media.

Ia menyebut bahwa mencapai kesepakatan akan lebih baik dibandingkan dengan skenario lain yang tidak diinginkan oleh Amerika Serikat maupun Israel. Namun, ia juga menambahkan bahwa jika pembicaraan tidak membuahkan hasil, Iran bisa menghadapi konsekuensi yang berat.

"Saya rasa jika pembicaraan tidak berhasil, Iran akan berada dalam bahaya besar. Karena mereka tidak bisa memiliki senjata nuklir," katanya. "Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Itu adalah prinsip utama dalam kebijakan luar negeri kami."

Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai lokasi pertemuan atau siapa saja pejabat yang terlibat dalam pembicaraan tersebut. Ia juga mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini mungkin akan menjadi bagian dari pendekatan diplomatik yang lebih luas di masa mendatang.

Sebelumnya, pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), yang ditandatangani pada masa Presiden Barack Obama. Kesepakatan tersebut memberikan pelonggaran sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan program pengayaan uranium negara itu. Pemerintahan Trump kemudian menerapkan kebijakan "tekanan maksimum" yang memperketat sanksi ekonomi terhadap Teheran.

Meskipun demikian, sejumlah laporan menunjukkan bahwa Iran terus mengembangkan program nuklirnya, dan kini dinilai lebih dekat dari sebelumnya untuk dapat memproduksi senjata nuklir. Upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Israel, yang dipimpin Netanyahu, telah lama menyatakan keprihatinan atas potensi ancaman dari program nuklir Iran dan menentang kesepakatan yang memungkinkan pengayaan uranium di bawah pengawasan pemerintah Iran.

Di sisi lain, pemerintah Iran menegaskan bahwa program nuklirnya hanya ditujukan untuk kepentingan sipil dan tidak bertujuan untuk mengembangkan senjata.

Hubungan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat telah terputus sejak tahun 1980, menyusul penyanderaan 53 diplomat AS di Kedutaan Besar AS di Teheran selama 444 hari pasca Revolusi Iran. Sejak saat itu, komunikasi antara kedua negara berlangsung secara tidak langsung atau melalui perantara.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Donald Trump
  • Amerika Serikat

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE