Upaya Rusia untuk Membangun Pangkalan di Papua: Analisis Geopolitik dan Tantangan Bagi Indonesia
JAKARTA, GENVOICE.ID - Belakangan ini, laporan tentang permintaan Rusia untuk membangun pangkalan militer permanen di Papua, Indonesia, menarik perhatian banyak pihak. Wilayah Papua, khususnya Biak, yang terletak hanya sekitar 1.300 km dari Darwin, Australia, menjadi lokasi yang strategis bagi Rusia, terutama dalam konteks pengawasan kawasan Pasifik dan pengembangan teknologi luar angkasa.
Reaksi dari Australia sangat intens, mengingat kedekatannya dengan Papua. Namun, di Indonesia, isu ini tidak langsung disambut dengan kekhawatiran besar. Mengutip dari The Guardian, Kamis (17/4), para pakar kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia menganggap bahwa permintaan tersebut tidak sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang telah lama berpegang pada kebijakan bebas aktif.
Indonesia secara konsisten menegaskan bahwa tidak ada kekuatan asing yang akan diberikan izin untuk mendirikan pangkalan militer di wilayahnya. Kebijakan ini tercermin dalam konstitusi Indonesia yang mengedepankan prinsip non-blok, yaitu kebijakan yang tidak berpihak pada salah satu blok kekuatan besar dunia.
Menurut Rahman Yaacob, pakar pertahanan dari Lowy Institute, sangat kecil kemungkinan Indonesia akan menyetujui permintaan tersebut. "Indonesia secara tradisional memiliki kebijakan luar negeri yang menekankan pada kemerdekaan dan ketidakberpihakan," jelasnya.
Senada dengan itu, Gatra Priyandita dari Australian Strategic Policy Institute juga menjelaskan bahwa prinsip Indonesia adalah untuk tidak memberikan fasilitas militer kepada negara asing manapun, yang merupakan bagian dari komitmen terhadap kebijakan non-blok.
Papua, khususnya Biak, memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Dekat dengan Samudera Pasifik dan Australia, wilayah ini sangat menarik untuk aktivitas militer dan luar angkasa. Rusia, yang memiliki ambisi dalam pengembangan teknologi luar angkasa, melihat Biak sebagai lokasi potensial untuk peluncuran satelit.
Rusia juga diketahui telah berupaya terlibat dalam proyek-proyek luar angkasa Indonesia di kawasan tersebut, yang semakin memperkuat ketertarikan mereka terhadap wilayah ini. Namun, meskipun ada potensi kerjasama di sektor luar angkasa, Indonesia tetap berhati-hati dalam menjaga independensinya.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Rusia dan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan, terutama di sektor ekonomi dan perdagangan. Indonesia bergabung dengan kelompok BRICS yang juga melibatkan Rusia, dan perdagangan bilateral kedua negara mencatatkan angka yang cukup tinggi, mencapai 4,3 miliar dolar AS pada 2024.
Namun, meskipun hubungan kedua negara berkembang di bidang ekonomi, Indonesia tetap mempertahankan kebijakan luar negeri yang tidak melibatkan kerjasama militer permanen dengan Rusia atau negara besar lainnya.
Rusia memiliki ambisi untuk memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara, sebuah kawasan yang penting secara strategis. Negara ini telah lama menjadi pemasok senjata utama di kawasan ini, meskipun pangsa pasarnya mulai menurun seiring waktu. Selain itu, Rusia juga menjalin hubungan militer yang erat dengan Myanmar, yang menjadi salah satu mitra utama mereka di Asia Tenggara.
Keinginan Rusia untuk memperkuat kehadirannya di kawasan ini juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik global, terutama terkait dengan posisi Amerika Serikat yang mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan pengaruhnya di kawasan Pasifik.
Walaupun Indonesia menghadapi tekanan dari berbagai arah, negara ini terus berkomitmen untuk menjaga kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Dengan kedekatannya dengan berbagai negara besar, Indonesia harus tetap menjaga keseimbangan dalam diplomasi internasional agar dapat melindungi kepentingan nasionalnya.
Jika Rusia benar-benar berusaha lebih jauh untuk mendapatkan pangkalan di Papua, hal ini akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia untuk mempertahankan integritas politik luar negerinya.
Isu tentang Rusia yang mengincar pangkalan di Papua mencerminkan dinamika geopolitik yang terus berubah di Asia Tenggara. Meskipun ada ketertarikan dari Rusia, Indonesia tetap berpegang pada prinsip kebijakan luar negeri non-blok, yang mencegah negara asing untuk mendirikan pangkalan militer di wilayahnya. Ke depan, Indonesia akan terus berusaha menjaga hubungan baik dengan berbagai negara, sambil mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya.
0 Comments





- Kasus Eksploitasi Eks Pemain Sirkus OCI Taman Safari, DPR Desak Negara Tidak Tutup Mata
- Sadie Sink Bernyanyi untuk Menyelamatkan Dunia dalam Film Rock Opera ‘O’Dessa’
- Ijazah Jokowi Dinyatakan Asli, Bareskrim Resmi Tutup Penyelidikan
- Imagine Dragons Cetak Sejarah, Lagunya Kini Ada di Bulan
- Menelusuri Zaman Feodal Jepang Melalui Game "Assassin's Creed Shadows"
- WhatsApp Hadirkan Serangkaian Fitur Baru: Dari Indikator Online hingga Peningkatan Panggilan Video
- Serial Netflix Baru Meghan Markle, Antara Gaya Hidup dan Bisnis
- Netflix Pesan Serial Kriminal Baru "Nemesis" Karya Courtney A. Kemp
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!