USAID Ditutup, Program Bantuan ke Negara Lain Terancam?
USAID, badan pembangunan internasional Amerika Serikat, resmi ditutup pada Senin (3/2) setelah Presiden Donald Trump kasih lampu hijau buat pembubaran ini. Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), Elon Musk, bilang kalau keputusan ini sudah final.
Di Washington, wartawan dari berbagai media berkumpul di depan kantor pusat USAID, yang lokasinya cuma beberapa blok dari Gedung Putih. Mereka nungguin reaksi dari anggota Partai Demokrat yang ngegas menolak penutupan ini. Gimana enggak? USAID tahun lalu aja ngelola dana lebih dari 40 miliar dolar AS buat berbagai program bantuan global.
Aksi protes juga pecah. Para demonstran bawa poster dengan tulisan kayak "Amerika, Serius? Diktator?" dan "Apa Selanjutnya?" Sementara itu, para mantan karyawan USAID masih shock dan bingung soal masa depan mereka.
"Saya masih gak percaya. Hidup saya berubah total dari minggu lalu. Pagi ini saya malah sibuk lamar kerja," curhat salah satu eks pegawai USAID.
Di sisi lain, kebijakan ini udah bikin banyak petinggi USAID dipaksa cuti. Bahkan, sehari sebelum keputusan ini diumumkan, Musk sempat nyebut USAID sebagai "organisasi kriminal" dan bilang "sudah waktunya organisasi itu mati".
Meski begitu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang sekarang jadi penjabat direktur USAID, ngeklaim kalau program-program bantuan USAID gak serta-merta langsung berhenti.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya Jakarta, YB. Suhartoko mengatakan, AS mempunyai banyak citra positif dan negatif.Keberadaan USAID merupakan wujud dari pencitraan positif untuk mengimbangi citra negatifnya. Namun demikian pemerintahan Donald Trump dengan orientasi kebijakan ke dalam melalui semboyan America for American mengeluarkan banyak kebijakan yang mengurangi kegiatan karitatif AS karena dianggap membebani anggaran negara.
Sebagai salah donatur terbesar lembaga lembaga international, tentu saja berdampak ke lembaga-lembaga karitatif internasional sehingga perlu mencari donatur baru, atau mengurangi volume kegiatannya. Situasi tersebut dipastikan berpengaruh terhadap negara negara miskin yang selama ini banyak ditopang untuk pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan.
"Bagi Indonesia, dampaknya tidak begitu signifikan, karena Indonesia tidak banyak tergantung kepada bantuan karitatif semacam itu,"tegas Suhartoko.
Tapi, Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, punya pandangan lain. Dia bilang, selama ini Indonesia tetap dapat bantuan dari USAID dalam jumlah besar, bahkan di 2023 aja dapet sekitar 2,5 triliun rupiah. Jadi, bisa jadi kita bakal kena efeknya juga.
USAID Ditutup, Program Bantuan ke Negara Lain Terancam?
0 Comments





- Konser Tunggal Perdana For Revenge, Momen Comeback Penuh Luka dan Harapan
- Benih Berkualitas Kunci Awal Biar Swasembada Pangan Nggak Cuma Jadi Wacana
- The Script Ajak Penonton Ini Naik Panggung Gegara Tinggalin Suami Demi Nonton Konser saat Valentine
- Syuting Film Anak Kunti, Nita Gunawan Cerita Kesakitan saat Adegan IniĀ
- Psikolog Klinis Diperlukan di Puskesmas, Biar Layanan Kesehatan Mental Makin Merata & Inklusif
- Tayang Lebaran 2025, Film Qodrat 2 Dibintangi Vino G Bastian dan Acha Septriasa
- Gol Kelas Jarak Jauh Rizky Ridho Jadi Sorotan, Bakal Masuk Nominasi Puskas Award 2025?
- Bank DKI Sampaikan Progres Perbaikan Sistem Layanan Transfer Antar-Bank J
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!