The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Makin Kewalahan!

JAKARTA, GENVOICE.ID - Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), akhirnya ambil keputusan buat nahan suku bunga di level 4,25-4,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pertama sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS, pada Rabu (29/1).

Ini jadi pertama kalinya The Fed nggak nurunin suku bunga setelah sebelumnya sempat tiga kali berturut-turut dipangkas. The Fed juga kasih kode bakal tahan suku bunga lebih lama dan nggak buru-buru turunin FFR, sambil terus pantau data ekonomi.

The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Makin Kewalahan!
- (Dok. Reuters).

Rupiah Makin Susah Pulih

Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto menilai keputusan ini bikin pasar makin waspada dan rupiah jadi makin susah pulih.

"Dengan suku bunga Amerika seperti sekarang pemulihan rupiah akan lebih lambat karena dana-dana yang tadinya berpotensi mengalir masuk, harus ikut menunggu. Memang mau tidak mau dalam keadaan seperti ini pasar harus wait and see terhadap indikasi kebijakan suku bunga The Fed, dan dampak lainnya IHSG akan sulit naik," kata Wibisono.

Bank Indonesia (BI) pun dipaksa ikut main bertahan, ngimbangin langkah The Fed. Investor yang tadinya mau investasi di Indonesia jadi lebih mikir dua kali, bikin rupiah makin tertekan.

"Dengan demikian, BI harus merespon bagaimana menahan inflasi yang tinggi dengan menaikkan suku bunga. Karena tekanan rupiah dapat meningkatkan inflasi yang nanti berakibat tergerusnya keuntungan investor. Namun demikian, ini harus diimbangi berbagai kebijakan, pemerintah," tambahnya.

Wibisono juga ngingetin BI kalau memang suku bunga harus naik, jangan kelamaan ditahan biar investor dapet kepastian dan nggak bingung dalam nyusun strategi bisnisnya.

Utang Makin Bengkak, Harga Barang Naik

Di sisi lain, pengamat kebijakan publik dari Fitra, Badiul Hadi, bilang kalau kebijakan The Fed ini bakal ngasih efek domino ke ekonomi global. Banyak investor bakal lebih milih pegang dollar AS dibanding mata uang lain, bikin rupiah makin tertekan. Penguatan dollar AS bikin mata uang lain, termasuk rupiah, melemah. Efeknya, biaya impor naik dan harga dalam negeri bisa ikut melonjak.

"Tingginya biaya impor akan berdampak pada harga dalam negeri," tuturnya.

Selain itu, utang luar negeri Indonesia dalam dollar AS juga bakal makin mahal buat dibayar. Cicilan utang tambah berat, sementara investor bisa aja narik modal mereka kalau liat risiko makin gede.

"Jika investor melihat risiko yang lebih besar pada negara berkembang seperti Indonesia maka mereka akan menarik modal dan situasi seperti itu dapat memperburuk depresiasi rupiah. Tekanan pada rupiah juga membuka ruang inflasi semakin tinggi karena karena harga barang impor semakin mahal. Jika tekanan rupiah semakin menguat maka BI perlu melakukan penyesuaian kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," tutupnya.

R
Rivaldi Dani Rahmadi
Penulis
  • Tag:
  • Travel
  • india

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE