Tak Logis! BPS Klaim 3,59 Juta Penduduk Terserap Dunia Kerja per Februari 2025

JAKARTA - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengaku sulit menerima laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengklaim sebanyak 3,59 juta penduduk baru terserap ke dunia kerja per Februari 2025, jauh melampaui angka tambahan pengangguran sebanyak 83 ribu orang.

"Merujuk pertumbuhan investasi pada kuartal I 2025, klaim itu sangat tidak logis sama sekali. Ngebohongnya kelewatan," tegas Anthony, Senin (26/5), menanggapi pernyataan BPS tersebut.

Tak Logis! BPS Klaim 3,59 Juta Penduduk Terserap Dunia Kerja per Februari 2025
- (Dok. istimewa).

Ia menengarai perlambatan investasi mungkin akan terus berlanjut dengan melihat perkembangan ekonomi global dan domestik terkini.

Pekerja Informal

Dihubungi terpisah, peneliti ekonomi Celios, Nailul Huda mengatakan, penyerapan tenaga kerja lebih banyak dari sektor informal mencapai 59,40 persen, dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai 57,95 persen.

Kemudian, ada 410 ribu tenaga kerja sektor manufaktur yang berkurang di Februari 2025 dibandingkan Agustus 2024. "Kemana klaim 3,59 juta tenaga kerja yang terserap? Sebanyak 850 ribu terserap ke sektor pertanian karena musiman. Sebanyak 740 ribu di sektor perdagangan," tanya Huda.

Keduanya, terang Huda, merupakan sektor yang relatif banyak pekerja informal, khususnya pertanian yang semuanya sektor informal. "Kita juga tahu bahwa sektor informal tidak memberikan kesejahteraan. Jadi klaim bahwa ada tambahan 3,59 juta penduduk yang terserap dunia kerja, klaim tersebut semu," tegasnya.

Pengangguran

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 3,59 juta penduduk baru terserap ke dunia kerja per Februari 2025. Angka tersebut jauh melampaui angka tambahan pengangguran sebanyak 83 ribu orang.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangannya di Jakarta, Senin (26/5) mengatakan tambahan penyerapan angkatan kerja yang bekerja lebih besar daripada tambahan angkatan kerja yang menganggur.

"Dari 3,67 juta penambahan angkatan kerja, 3,59 juta penduduk atau 97,73 persen terserap sebagai penduduk bekerja," kata Amalia.

Tak hanya jumlah yang meningkat, Amalia mengatakan pemerataan serapan tenaga kerja juga meluas ke berbagai sektor, mulai dari industri manufaktur hingga perdagangan informal.

Sektor industri pengolahan mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam penyerapan tenaga kerja, terutama industri alas kaki, yang menyerap tambahan 200 ribu pekerja baru.

Selain itu, beberapa subsektor industri lainnya juga menunjukkan performa serupa, seperti industri alat angkutan ringan (tambahan 99,9 ribu pekerja), industri pengolahan buah dan sayur (naik 98,9 ribu pekerja) dan industri barang dari plastik dan tembakau, yang masing-masing menyerap lebih dari 50 ribu pekerja baru.

Di sektor perdagangan, lapangan kerja juga tumbuh pesat, dengan peningkatan terbesar justru terjadi di ritel nonmodern. Beberapa di antaranya adalah perdagangan eceran makanan dan minuman bukan di supermarket (668 ribu pekerja baru), perdagangan keliling makanan dan minuman hasil industri pengolahan 193 ribu, dan PKL sayur dan bahan makanan di pasar tradisional sebanyak 136 ribu.

Adapaun sektor penopang utama adalah sektor pertanian yang menyerap lebih dari 28 juta pekerja secara keseluruhan. Tiga subsektor yang mencatatkan peningkatan serapan tertinggi adalah perkebunan kelapa sawit 397 ribu pekerja, tanaman bahan minuman seperti teh dan kopi 357 ribu pekerja dan perkebunan karet dan getah sebanyak 225 ribu pekerja.

"Peningkatan ini sejalan dengan harga komoditas yang membaik dan ekspansi lahan perkebunan di luar Jawa," katanya.

 

D
Diapari Sibatangkayu
Penulis
  • Tag:
  • sektor informal
  • Pertumbuhan Ekonomi
  • angka pengangguran

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE