Oscars Membuka Pintu, Film Hasil AI Kini Bisa Menang Penghargaan Tertinggi
JAKARTA, GENVOICE.ID - Film yang melibatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini resmi memenuhi syarat untuk meraih penghargaan tertinggi di ajang Academy Awards. Academy of Motion Picture Arts and Sciences mengumumkan aturan baru yang menyatakan bahwa penggunaan AI atau alat digital lainnya tidak akan memengaruhi peluang sebuah film untuk masuk nominasi, baik sebagai keuntungan maupun kerugian.
Teknologi generative AI yang dapat menghasilkan teks, gambar, audio, hingga video dari perintah sederhana, telah digunakan dalam sejumlah film pemenang Oscar tahun ini. Meski begitu, Akademi menegaskan bahwa keterlibatan manusia tetap menjadi komponen penting dalam proses pemilihan pemenang.
Perubahan kebijakan ini disusun berdasarkan rekomendasi dari Science and Technology Council milik Akademi. Selain itu, mulai tahun ini seluruh anggota pemilih diwajibkan menonton semua film dalam setiap kategori sebelum mengikuti putaran final pemungutan suara.
Perbincangan soal AI mencuat dalam ajang Oscar tahun ini, terutama setelah Adrian Brody memenangkan Aktor Terbaik lewat film The Brutalist, yang menggunakan AI untuk menyempurnakan aksennya saat berbahasa Hungaria. Teknologi serupa juga diterapkan dalam musikal Emilia Perez untuk meningkatkan kualitas vokal para pemeran.
Kemampuan AI untuk meniru gaya suara, mengubah penampilan, hingga menyusun narasi dengan cepat menjadikannya alat yang semakin populer dalam produksi film dan musik. Namun, adopsi teknologi ini tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan seniman.
Dalam aksi mogok Hollywood tahun 2023, aktor dan penulis naskah menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap potensi penggantian tenaga kerja manusia oleh AI. Aktris Susan Sarandon menyatakan keprihatinannya terkait penggunaan wajah dan suara tanpa izin. Di sisi lain, para penulis naskah mengingatkan risiko penggunaan AI untuk menyusun naskah dan ide cerita sebagai upaya penghematan biaya.
Sebagai bagian dari kesepakatan antara serikat dan studio, sejumlah pengamanan telah diberlakukan untuk membatasi penggunaan AI dalam proses kreatif. Namun kekhawatiran tetap muncul, termasuk dari aktris Scarlett Johansson yang menyuarakan ancaman terhadap privasi dan penyalahgunaan identitas visual.
Sementara itu, sejumlah pelaku industri menganggap kemampuan AI saat ini belum mampu menyaingi kualitas kerja manusia. "AI bisa membantu menyusun kerangka, tapi tidak untuk menyampaikan kedalaman emosi," ujar Jonathan Kendrick, pendiri platform streaming Rokit Flix.
Dengan pengakuan resmi dari Akademi, dunia perfilman kini menghadapi era baru-di mana kolaborasi antara teknologi dan kreativitas manusia akan terus diuji batasnya.
0 Comments





- Gitaris Pendiri Band The Damned, Brian James, Meninggal di Usia 70 Tahun
- Ambil Alih Waralaba 007, Jeff Bezos: Siapa yang Cocok Jadi James Bond?
- Penetapan 1 Syawal 1446 H, Lebaran di Indonesia hingga Malaysia Serentak
- Tate McRae Raih Album No. 1 dengan "So Close to What"
- Venus Williams Mendapat Wildcard di Indian Wells pada Usia 44 Tahun
- Billy Syahputra Angkat Bicara Soal Isu Vika Kolesnaya Hamil Duluan
- Tiga Warga Palestina Tewas Tertembak Dekat Pusat Bantuan AS di Gaza, Puluhan Luka-luka
- Bilal Indrajaya Bicara Soal Pertemuan dan Perpisahan di EP Terbaru 'Dua Dunia', Lagu-Lagunya Serasa Surat yang Tak Perna...
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!