Anthony Ricco Mundur dari Tim Hukum Sean "Diddy" Combs di Tengah Kasus Hukum yang Berisiko Tinggi
JAKARTA, GENVOICE.ID - Anthony Ricco, salah satu pengacara utama Sean "Diddy" Combs, resmi mengajukan pengunduran diri dari tim hukum sang mogul.
Dilansir dari The Hollywood Reporter, dalam dokumen yang diajukan ke Pengadilan Distrik Selatan New York, Ricco tidak merinci alasan keputusannya selain pernyataan singkat bahwa ia tidak lagi dapat "melayani secara efektif."
"Meski saya telah memberikan representasi hukum yang berkualitas tinggi kepada Sean Combs sebagaimana diharapkan oleh pengadilan, saya tidak dapat terus melayani secara efektif sesuai dengan Standar ABA untuk Peradilan Pidana," tulis Ricco dalam suratnya.
Ricco juga menegaskan bahwa pengunduran dirinya tidak akan mempengaruhi jadwal persidangan yang dijadwalkan berlangsung pada Mei mendatang. Combs masih akan tetap didampingi oleh lima pengacara lainnya, termasuk Marc Agnifilo dan Teny Geragos.
Combs didakwa pada September lalu dengan tuduhan perdagangan manusia dan pemerasan. Jaksa menuduhnya mengoperasikan jaringan kriminal yang melibatkan pelecehan serta perdagangan perempuan melalui berbagai bisnisnya sejak 2008. Combs sendiri telah mengaku tidak bersalah dan saat ini masih ditahan di penjara Brooklyn sambil menunggu persidangan.
Dalam perkembangan terbaru, tim kuasa hukum Combs telah mengajukan mosi untuk membatalkan salah satu dakwaan perdagangan manusia yang dikenakan kepadanya. Tuduhan tersebut terkait dengan pelanggaran Mann Act, yang melarang transportasi seseorang melintasi batas negara untuk tujuan prostitusi. Jaksa menuduh Combs melanggar undang-undang ini dengan membawa pekerja seks pria antarnegara bagian untuk melayani pacar-pacarnya.
Namun, pengacara Combs membantah tuduhan ini dengan menyatakan bahwa perusahaan tersebut adalah layanan legal. Mereka juga mengkritik latar belakang historis Mann Act, yang mereka anggap memiliki unsur diskriminatif terhadap pria kulit hitam. Undang-undang yang pertama kali diberlakukan pada 1910 ini sebelumnya disebut sebagai White-Slave Traffic Act dan pernah digunakan untuk menjerat tokoh-tokoh kulit hitam terkenal seperti petinju Jack Johnson dan musisi Chuck Berry.
"Kasus ini tidak memiliki preseden dalam banyak hal, tetapi yang paling mencolok dan mengkhawatirkan adalah bahwa tidak ada orang kulit putih yang pernah menjadi target dakwaan serupa. Sean Combs adalah seorang seniman, pengusaha, dan filantropis yang sangat sukses serta merupakan salah satu figur kulit hitam paling berpengaruh di Amerika," bunyi dokumen hukum yang diajukan tim pembela.
Dengan persidangan yang semakin dekat, nasib Combs kini berada di tangan sistem hukum Amerika. Apakah pengunduran diri Ricco akan membawa dampak bagi strategi pembelaan Combs? Dan apakah argumen mengenai unsur diskriminasi dalam Mann Act akan cukup kuat untuk menggugurkan dakwaan tersebut? Semua mata kini tertuju pada pengadilan yang akan menentukan masa depan salah satu figur paling berpengaruh dalam industri hiburan ini.
0 Comments
No popular articles available.
- Legenda Country Musik dan Pelopor Artis Hispanik Johny Rodriguez Berpulang di Usia 73 Tahun
- Pertina Resmi Dikeluarkan dari Keanggotaan KOI, Tinju Indonesia Akan Diurus Langsung oleh KOI
- Warner Bros. Akan Hadirkan Film "Minecraft Movie: Block Party Edition" untuk Pengalaman Nonton Super Interaktif
- Snapchat Siap Tantang TikTok dan Instagram! Fitur Baru Bikin Kreator Makin Mudah Ciptakan Konten Keren
- Tragis! Seluruh Korban Longsor Samarinda Ditemukan Tewas, Dua Remaja Terkubur di Kamar
- Garuda Muda Terbang ke Filipina! Timnas Basket U-16 Indonesia Siap Bikin Kejutan di Kualifikasi Asia
- Hebohkan Dunia Pemrograman, OpenAI Rilis Codex, AI Baru yang Bisa Ngetes dan Benerin Kode Sendiri
- Proyek Chromebook Rp9,9 Triliun Diduga Sarat Rekayasa, Stafsus Nadiem Kembali Diperiksa Kejagung!
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!