Hadapi Minimarket, Berdayakan BUMD sebagai Pengelola Rantai Pasokan

JAKARTA- Pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Achmad?Maruf menganjurkan pembentukan koperasi yang kuat sebagai basis pasar rakyat sekaligus menempatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pengelola rantai pasokan (supply chain) dari hulu ke hilir.

"Jika ini tak segera direalisasikan, maraknya keberadaan minimarket di kota-kota besar dan daerah-daerah pinggiran bakal menggeser bahkan menggusur para pedagang di pasar tradisional," katanya, Minggu (22/6).

Hadapi Minimarket, Berdayakan BUMD sebagai Pengelola Rantai Pasokan
- (Dok. istimewa).

Menurut Maruf, minimarket yang tumbuh pesat cenderung mengumpulkan sektor informal ke dalam sistem distribusi modern, namun seringkali merugikan petani dan pedagang kecil.

"Jika tidak segera direspon, struktur perdagangan lokal akan didominasi oleh satu atau dua korporasi besar, dan keberlangsungan petani serta pedagang tradisional akan terancam," kata Maruf.

Ia meyakini BUMD dapat berfungsi sebagai penghubung antara petani, koperasi, pasar rakyat dan konsumen. "Dengan model supply chain yang dikelola BUMD, nilai tambah tetap berada di tingkat lokal, sekaligus meningkatkan efisiensi dalam distribusi."

Dia mengajak para petani dan pelaku koperasi untuk mulai menyusun sistem logistik bersama, meliputi transportasi, pergudangan, dan mekanisme pembayaran yang terintegrasi sekaligus membangkitkan sistem pasar rakyat yang dikelola secara kolektif melalui koperasi.

"Hal itu bertujuan agar produk pertanian dapat langsung dijual ke pasar rakyat tanpa melalui perantara sehingga margin keuntungan lebih besar," katanya.

Ia mengingatkan bahwa kemitraan antara petani, koperasi, dan BUMD tidak boleh setengah hati, tetapi harus dibangun dengan dukungan regulasi dan insentif yang jelas.

Dengan strategi tersebut, Maruf berharap pasar rakyat sistem koperasi bisa menjadi pemain serius dalam ekosistem perdagangan. "Jika koperasi pasar rakyat mampu menawarkan harga yang kompetitif dan kualitas layanan seperti minimarket, maka masyarakat punya pilihan yang lebih adil," katanya.

Aturan Jarak

Peneliti ekonomi Celios, Nailul Huda mengatakan data menunjukkan jumlah minimarket semakin naik pesat, dibandingkan pasar yang semakin menurun. Bahkan, minimarket sudah berada di tengah pasar tradisional.

Bagi konsumen hal itu memberikan pilihan alternatif, namun demikian kondisi seperti itu menekan pasar rakyat yang sudah ada lebih dahulu. Pengaturan minimarket itu jelasnya belum ada pembatasan secara merata. Baru beberapa daerah yang sudah mempunyai batasan-batasan terkait dengan minimarket.

"Harusnya memang ada aturan mengenai jarak dari minimarket ke pasar bisa menjadi cara untuk menghidupkan pasar rakyat, baik berbasiskan koperasi atau tidak. Kedua, revitalisasi pasar rakyat menjadi sebuah keharusan yang dapat menarik minat masyarakat untuk berbelanja. Masyarakat juga butuh nyaman dan aman ketika pergi berbelanja ke pasar,"ungkap Huda.

Dosen Magister Ekonomi Terapan Universitas Atma Jaya, YB. Suhartoko mengatakan, mini market pada suatu daerah sebenarnya bisa meningkatkan peran UMKM, jika diatur peran pemasoknya.

"Dengan standar kuantitas dan kualitas tertentu, sebagian besar pemasok mini market harus berasal dari daerah setempat," katanya.

D
Diapari Sibatangkayu
Penulis
  • Tag:
  • bangkitkan koperasi
  • pasar rakyat
  • pedagang tradisional

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE