Remaja Ukraina Gelar Klub Buku Rahasia di Tengah Perang
JAKARTA, GENVOICE.ID - Di tengah ketegangan di wilayah pendudukan Ukraina, sekelompok remaja mempertaruhkan keselamatan mereka untuk menggelar klub buku rahasia. Dengan risiko penangkapan dan hukuman berat, mereka membaca dan mendiskusikan literatur Ukraina yang dilarang oleh otoritas Rusia.
Mengutip dari The Guardian, Minggu (23/3), di beberapa daerah yang dikendalikan Rusia, buku pelajaran berbahasa Ukraina diklasifikasikan sebagai "materi ekstremis", dan kepemilikannya dapat berujung pada hukuman penjara. Sekolah-sekolah telah menghapus simbol-simbol Ukraina, menggantinya dengan potret Presiden Vladimir Putin, sementara kurikulum yang diajarkan berfokus pada sejarah dan budaya Rusia.
Para peserta klub buku, termasuk seorang remaja berusia 17 tahun yang menggunakan nama samaran Mariika, bertemu diam-diam dalam kelompok kecil untuk menghindari deteksi. Mereka membaca karya-karya sastra Ukraina secara daring, menghapus riwayat pencarian mereka setelahnya untuk menghindari pemeriksaan oleh aparat.
Selain ancaman penangkapan, mereka menghadapi tantangan lain, yaitu hilangnya ribuan buku Ukraina dari perpustakaan-perpustakaan yang telah dikosongkan oleh pasukan Rusia. Dalam satu kota saja, sekitar 200 ribu buku telah disita atau dimusnahkan.
Sejarah menunjukkan bahwa upaya Rusia untuk menekan identitas Ukraina bukanlah hal baru. Pada abad ke-19, penulis dan aktivis Lesya Ukrainka juga membentuk klub buku serupa di Kyiv, saat bahasa dan sastra Ukraina dilarang oleh Kekaisaran Rusia. Kini, karya-karyanya menjadi inspirasi bagi para remaja di wilayah pendudukan yang berusaha mempertahankan budaya mereka.
Laporan dari berbagai organisasi hak asasi manusia, termasuk The Reckoning Project, menunjukkan bahwa Rusia tidak hanya membatasi kebebasan intelektual, tetapi juga melakukan deportasi paksa terhadap penduduk Ukraina, termasuk anak-anak. Sejak 2014, puluhan ribu warga Ukraina dilaporkan dipindahkan dari Krimea, sementara sekitar 700.000 warga Rusia telah ditempatkan di wilayah tersebut.
Sementara perundingan internasional terus berlangsung, kelompok seperti klub buku Mariika menggambarkan realitas kehidupan di wilayah pendudukan. Bagi mereka, membaca bukan sekadar kegiatan akademis, tetapi juga bentuk perlawanan untuk mempertahankan identitas dan kebebasan mereka sebagai warga Ukraina.
0 Comments





- Pemutaran Film "No Other Land" di Miami Beach Berujung Kontroversi
- Dodge Mulai Tawarkan Promo Sewa Mobil Listrik Charger di AS
- Agensi Kim Soo Hyun Bantah Rumor Hubungan dengan Mendiang Kim Sae Ron
- Pelopor AI Prediksi Revolusi Teknologi Baru dalam 5 Tahun ke Depan
- Khephren Thuram Menjadi Man of the Match Laga Juventus vs Verona
- Pengaruh Politik Elon Musk terhadap Kondisi Keuangan X
- Film Ikonik "Crazy Rich Asians" Akan Mendapat Versi Seriesnya
- Kebakaran Klub Malam di Makedonia Utara Tewaskan 59 Orang, 15 Ditahan
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!