Nikola Bangkrut Masa Depan Truk Hidrogen dan Listrik Tidak Pasti

JAKARTA, GENVOICE.ID - Nikola Corporation, perusahaan rintisan yang berambisi mengembangkan truk hidrogen dan listrik, resmi mengajukan kebangkrutan berdasarkan Chapter 11. Keputusan ini diambil setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan keuangan dan operasional, meskipun pernah mendapatkan dukungan dari General Motors (GM) dan berbagai investor lainnya.

Nikola didirikan dengan visi menciptakan truk berat tanpa emisi yang dapat digunakan untuk transportasi jarak jauh dan dekat. Salah satu pencapaian terbesar perusahaan adalah kesepakatan awal senilai 2 miliar dolar dengan GM untuk pengembangan teknologi powertrain. Selain itu, Nikola juga merancang truk pikap listrik bernama Badger, yang awalnya direncanakan akan diproduksi bersama GM.

Nikola Bangkrut Masa Depan Truk Hidrogen dan Listrik Tidak Pasti
- (Dok. FreightWaves).

Namun, pada 2020, laporan dari Hindenburg Research menuduh Nikola melakukan penipuan, terutama terkait klaim teknologi yang belum terbukti. Salah satu tuduhan utama adalah video promosi yang menunjukkan truk Nikola seolah melaju sendiri, padahal sebenarnya kendaraan tersebut hanya menggelinding menuruni bukit. Tuduhan ini berdampak besar, menyebabkan Trevor Milton, pendiri Nikola, mengundurkan diri dan kemudian dihukum empat tahun penjara karena penipuan.

Sejak skandal tersebut, Nikola menghadapi berbagai tantangan. Sahamnya anjlok, GM membatalkan kesepakatan besar, dan proyek Badger dihentikan. Perusahaan masih berusaha bertahan dengan memproduksi truk hidrogen dan listrik, tetapi skala produksinya tidak cukup besar untuk menutupi biaya operasional. Pada kuartal ketiga 2024, Nikola hanya berhasil menjual 88 unit truk, dengan biaya produksi per unit lebih dari $1 juta, sedangkan harga jualnya hanya 380 ribu dolar.

Ketidakseimbangan antara biaya produksi dan pendapatan membuat Nikola sulit bertahan. Perusahaan akhirnya mengajukan kebangkrutan Chapter 11, yang memungkinkan restrukturisasi keuangan di bawah pengawasan pengadilan.

Nikola menyatakan masih dapat menyediakan layanan dan dukungan untuk kendaraan serta jaringan pengisian hidrogen hingga Maret 2025. Namun, masa depan perusahaan tetap tidak pasti, tergantung pada kemampuan mereka menemukan investor baru atau menjual aset untuk melanjutkan operasional.

Kasus Nikola menjadi contoh bagaimana ambisi besar dalam industri otomotif harus diimbangi dengan realisasi teknologi dan strategi bisnis yang solid agar dapat bertahan di pasar yang kompetitif.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Otomotif
  • Mobil Listrik

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE