Teknologi Baru Ini Bisa Pindai Wajah 3D dari Kejauhan Ratusan Meter
JAKARTA, GENVOICE.ID - Dari jarak 325 meter, mata manusia mungkin hanya bisa membedakan kepala seseorang dari tubuhnya. Namun, sebuah perangkat baru berbasis laser kini mampu memindai wajah dalam bentuk 3D dengan detail yang luar biasa.
Aongus McCarthy dari Heriot-Watt University di Skotlandia bersama timnya berhasil mengembangkan alat yang dapat menghasilkan gambar tiga dimensi dengan presisi tinggi, bahkan bisa menangkap lekukan sekecil 1 milimeter dari jarak ratusan meter, seperti dilansir New Scientist.
Teknologi ini menggunakan lidar, sebuah metode yang menembakkan denyut cahaya laser ke objek lalu mengukur waktu pantulannya untuk menentukan bentuk dan jarak objek tersebut.
Untuk mencapai tingkat detail seperti ini, tim peneliti harus menyelaraskan berbagai komponen kecil dengan sangat hati-hati. Mereka menggunakan sensor cahaya berbasis kawat superkonduktor yang sangat tipis, komponen yang jarang digunakan dalam teknologi lidar. Salah satu tantangan terbesarnya adalah mengurangi gangguan dari cahaya matahari yang bisa menurunkan kualitas gambar.
Dalam pengujiannya, perangkat ini berhasil memindai kepala salah satu anggota tim dari jarak 45 dan 325 meter. Bahkan, pada skala yang lebih kecil, alat ini mampu menangkap gambar figur Lego dari jarak 32 meter.
Mereka juga berhasil memindai bagian dari sebuah menara komunikasi yang berjarak satu kilometer, meskipun uji coba ini diakui cukup sulit karena latar belakang yang terang dan kondisi lingkungan yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan.
"Itu adalah pengujian yang sangat sulit, karena latar belakangnya terang, dan kami tidak dapat mengontrol apa yang dapat kami masukkan ke dalam gambarnya," terang McCharty pada Kamis, (6/2).
Di sisi lain, Feihu Xu dari University of Science and Technology of China menyebut hasil yang dicapai tim McCarthy sebagai pencapaian yang luar biasa, terutama dalam hal resolusi kedalaman yang dinilai sebagai yang terbaik sejauh ini.
Serupa dengan Feihu Xu, Vivek Goyal dari Boston University juga turut mengomentari teknologi ini karena menurutnya sangat relevan untuk kebutuhan masa depan seperti kendaraan otonom dan robot. Namun, ia menekankan bahwa perangkat ini masih perlu diperkecil agar lebih praktis untuk penggunaan sehari-hari.
Teknologi ini membuka banyak peluang baru, terutama dalam bidang pemetaan, pengawasan, dan navigasi, yang semakin penting di era modern.
0 Comments





- Drama ‘Snow White’ Kacau! Gal Gadot dan Rachel Zegler Dikabarkan Tak Akur Gara-Gara Politik?
- 1 Kakak 7 Ponakan Jadi Film Indonesia Pertama di 2025 yang Tembus 1 Juta Penonton dalam 17 Hari
- Indonesia dan Apple Capai Kesepakatan, Larangan iPhone 16 Akan Segera Dicabut
- Microsoft Resmi Tutup Skype, Saatnya Move On ke Aplikasi Teams
- Viral Rombongan Pemotor Nekat Bongkar Separator Jalur Busway, Panik Ada Razia!
- Bocah 2 Tahun Ditemukan Tak Bernyawa Usai Hanyut Terseret Arus Kali Ciliwung
- Panggilan Nomor Internasional Tidak Dikenal Potensi Penipuan, Begini Cara Menghindarinya
- ODGJ Masuk Lintasan Whoosh Lewat Saluran Air, Perjalanan Delay 2 Jam
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!