Putin Tolak Ultimatum Gencatan Senjata, Usulkan Pembicaraan Langsung dengan Ukraina
JAKARTA, GENVOICE.ID - Vladimir Putin menolak ultimatum yang diberikan oleh para pemimpin Eropa untuk menyetujui gencatan senjata dengan Ukraina, dan sebagai gantinya, dia menawarkan untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan Kyiv dalam waktu dekat.
Pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia memberikan waktu hingga Senin bagi Putin untuk menerima gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Jika tidak, sanksi lebih berat dan pengiriman senjata ke Ukraina akan meningkat.
Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris, menegaskan dalam konferensi pers bersama di Kyiv bahwa seluruh pemimpin Eropa, bersama dengan AS, memberikan kesempatan kepada Putin untuk membuktikan niat damainya. "Jika Putin serius mengenai perdamaian, ini adalah saatnya untuk menunjukkan komitmennya," kata Starmer.
Macron, Merz, dan Starmer tiba di Kyiv dengan kereta pada Sabtu pagi, sementara Donald Tusk menggunakan kereta lain. Mereka bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, untuk membahas situasi terkini. Ini adalah kunjungan pertama Macron ke Kyiv sejak 2022, sementara Merz baru pertama kali berkunjung setelah menjabat sebagai Kanselir Jerman.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menyampaikan bahwa Ukraina dan sekutunya siap untuk melaksanakan gencatan senjata tanpa syarat di darat, laut, dan udara selama 30 hari, yang dimulai pada hari Senin. Menurutnya, jika Rusia setuju dan pengawasan yang efektif dijamin, langkah ini dapat membuka jalan bagi negosiasi perdamaian.
Namun, dalam konferensi pers di Kremlin, Putin menanggapi ultimatum ini dengan menolak tawaran gencatan senjata tersebut. Meski begitu, dia menyatakan kesiapan untuk memulai negosiasi langsung dengan Ukraina, bahkan menawarkan pertemuan di Istanbul pada Kamis untuk memulai pembicaraan.
Macron menanggapi usulan Putin dengan mengatakan bahwa meskipun pertemuan langsung bisa menjadi langkah pertama, itu tidak cukup. "Gencatan senjata tanpa syarat adalah prioritas utama, bukan langkah sebelum negosiasi," katanya.
Sebelumnya, Ukraina dan ibu kota Eropa lainnya menekankan bahwa gencatan senjata penuh adalah syarat utama untuk memulai dialog. Meski Putin meninggalkan konferensi pers tanpa menjawab pertanyaan wartawan, upaya untuk mencapai gencatan senjata berlanjut.
Pemerintahan Trump di AS juga menyatakan bahwa gencatan senjata 30 hari bisa menjadi langkah awal untuk mencapai perdamaian yang lebih langgeng, meskipun Rusia belum menyetujuinya. Rusia menuntut penghentian pengiriman senjata Barat ke Ukraina sebagai syarat.
Medvedev, mantan Presiden Rusia yang dikenal dengan pandangannya yang keras, mengkritik para pemimpin Eropa yang melontarkan ancaman terhadap Rusia. Sementara itu, Moskow mengumumkan gencatan senjata sepihak selama tiga hari yang dimulai pada 8 Mei untuk merayakan 80 tahun kemenangan Soviet dalam Perang Dunia Kedua, meskipun pertempuran tetap terjadi di garis depan.
Meski Rusia mengumumkan gencatan senjata, pertempuran di garis depan terus berlanjut. Namun, serangan drone dan misil dari Rusia terhadap Ukraina sedikit berkurang. "Putin tidak membutuhkan syarat saat dia ingin gencatan senjata untuk parade, dan sekarang dia tidak membutuhkan syarat juga," ujar Starmer.
Macron juga mengingatkan bahwa perang ini berhubungan langsung dengan pertahanan prinsip-prinsip internasional yang lebih luas, yang menjadi dasar bagi tatanan dunia saat ini.
Kelima pemimpin Eropa mengunjungi Maidan di Kyiv bersama dengan Presiden Zelenskyy untuk memberikan penghormatan kepada mereka yang telah gugur dalam perang melawan Rusia. Setelah itu, mereka mengadakan pembicaraan lebih lanjut mengenai rencana perdamaian dan langkah-langkah berikutnya untuk meredakan ketegangan.
Trump belum memberikan komentar terbuka tentang pertemuannya dengan para pemimpin Eropa tersebut. Namun, pada Jumat, dia meminta agar perang ini segera dihentikan. "Akhiri perang bodoh ini," tegas Trump dalam pernyataannya.
Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Kyiv mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan serangan udara besar yang bisa terjadi dalam beberapa hari mendatang, mengingat Rusia berencana menutup wilayah udara di atas Kapustin Yar pada Senin dan Selasa.
0 Comments





- Nicola Peltz Beri Sindiran Halus di Media Sosial Saat Konflik dengan Victoria Beckham Makin Memanas
- AC Milan Comeback Kilat, Rossoneri Bungkam Genoa 2-1
- Dari G-Dragon sampai Elton John Siap Tampil di Formula 1 Singapore Grand Prix 2025
- Israel Dianggap Langgar Piagam PBB, Iran Tegaskan Punya Hak Balas Serangan
- Israel Lancarkan Operasi Militer Besar ke Iran, Sasar Program Nuklir dan Ilmuwan Utama
- Max Verstappen Pertimbangkan Boikot Peluncuran F1 di Masa Depan Setelah Mendapat Sorakan Negatif
- Festival Musik di Meksiko Dibatalkan karena Insiden Fatal, 2 Orang Meninggal Dunia
- Luis Enrique Rayakan Momen Bersejarah PSG: "Kami Lakukan Ini untuk Para Fans"
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!