Apakah Pemberian Susu Penting dalam Program Makan Bergizi Gratis? Ini Kata Ahli!
JAKARTA, GENVOICE.ID - Pemberian susu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai sebagai langkah strategis untuk mendukung gizi seimbang anak-anak Indonesia.
Dilansir dari Antara, hal ini disampaikan oleh Tim Pakar Susu Badan Gizi Nasional (BGN) dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Epi Taufik, dalam siniar BGN yang disiarkan daring dari Jakarta, Selasa (10/6).
Menurut Epi, pemberian susu di sekolah merupakan praktik yang telah umum diterapkan di berbagai negara maju sebagai bagian dari kebijakan "school milk in school meals".
"Program gizi seimbang di negara lain seperti Malaysia, Jepang, dan China selalu mencantumkan susu bersama dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Ini bagian dari pola konsumsi B2SA: Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman," jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa 163 negara di dunia telah menjalankan program pemberian susu gratis di sekolah, sebagai bagian dari upaya meningkatkan status gizi dan kualitas pertumbuhan anak.
Terkait kekhawatiran masyarakat tentang intoleransi laktosa, Epi menegaskan bahwa kondisi ini bukanlah penyakit, melainkan ketidakmampuan sementara tubuh mencerna laktosa akibat rendahnya produksi enzim laktase.
"Lactose intolerant bukan penyakit. Ini bisa diatasi dengan membiasakan tubuh kembali mengonsumsi susu secara bertahap," ujarnya.
Ia menambahkan, satu-satunya kondisi medis yang benar-benar tidak bisa mengonsumsi laktosa adalah "congenital lactase deficiency", yakni kelainan genetik yang sangat langka.
Mengutip data dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Epi menyebut bahwa rata-rata penderita intoleransi laktosa berusia 20-50 tahun dan sebagian besar memang tidak memiliki kebiasaan minum susu sejak remaja atau dewasa.
"Secara biologis, semua manusia sejak lahir sudah mencerna laktosa dari ASI. Kandungan laktosa dalam ASI bahkan lebih tinggi dari susu sapi," terangnya.
Lebih lanjut, Epi menjelaskan bahwa kadar laktosa dalam ASI mencapai 7 persen, atau sekitar 70 gram per liter. Sementara itu, kadar laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 5 persen, sehingga pada dasarnya tubuh manusia sudah terlatih mengolah laktosa sejak dini.
"Kita ini mamalia. Saat lahir, satu-satunya asupan kita adalah ASI, yang tinggi kandungan laktosanya. Maka sebenarnya tubuh kita sudah punya kemampuan itu, hanya perlu dipertahankan melalui konsumsi rutin," pungkasnya.
Melalui pendekatan berbasis data dan edukasi ilmiah, pemerintah bersama Badan Gizi Nasional mendorong masyarakat untuk lebih terbuka terhadap konsumsi susu sebagai bagian penting dari pola makan sehat. Langkah ini diharapkan mendukung suksesnya Program Makan Bergizi Gratis yang akan diterapkan secara nasional.
0 Comments





- Resep Makanan Hangat yang Menggugah Selera untuk Kamu yang Sedang Dilanda Masalah
- PMI Jakarta Barat Siagakan Posko Lebaran di Terminal Kalideres dan Grogol
- Panas! Meksiko Gugat Perusahaan Google, Ada Apa Sebenarnya?
- Menteri Lingkungan Hidup Akan Tinjau dan Tindak Lanjuti Aktivitas Tambang Nikel di Raja Ampat
- David Kushner Batalkan Konser di Manchester Akibat Masalah Kesehatan Mental
- Apa Itu Puasa Intermiten dan Adakah Potensinya dalam Meredakan Gejala GERD? Ini jawabannya!
- Apple Cider Vinegar Tampilkan Sisi Gelap Wellness Influencer dengan Soundtrack Berkelas
- Harga Emas Antam Melejit! Tembus Rp1,9 Juta per Gram, Ini Rincian Terbarunya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!