Rupiah Cetak Rekor Terendah, IHSG Anjlok Imbas Tarif AS

JAKARTA, GENVOICE.ID - Pasar keuangan Indonesia mengalami tekanan hebat pada Selasa (8/4) setelah kembali dari libur panjang, menyusul gejolak global yang dipicu oleh kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat terhadap produk Indonesia.

Nilai tukar rupiah jatuh ke titik terlemah dalam sejarah, menyentuh level 16.868 per dolar AS, melemah hingga 1,9 persen. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam 9,2 persen pada awal perdagangan dan ditutup melemah 7,9 persen, level terendah sejak Juni 2021, menurut data LSEG.

Rupiah Cetak Rekor Terendah, IHSG Anjlok Imbas Tarif AS
- (Dok. Reuters).

Pemerintah Indonesia, dalam upaya menenangkan pasar, menggelar pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan para pelaku usaha. Dalam pertemuan itu, diumumkan sejumlah konsesi bagi impor asal AS menjelang perundingan dagang dengan Washington yang dijadwalkan berlangsung pekan depan.

Indonesia tengah berupaya mencapai kesepakatan untuk meredam dampak tarif sebesar 32 persen yang akan berlaku mulai Rabu (9/4).

Bank Indonesia (BI) menyatakan telah dan akan terus melakukan intervensi agresif di pasar valuta asing spot, pasar Non-Deliverable Forward (NDF) domestik dan luar negeri, serta pasar obligasi, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Meski begitu, sejumlah analis memprediksi tekanan terhadap pasar masih bisa berlanjut. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun memperketat aturan perdagangan untuk mengantisipasi volatilitas ekstrem. Aturan auto-rejection diperketat: saham yang turun hingga 15 persen kini akan otomatis ditolak untuk dijual, lebih ketat dari batas sebelumnya, yakni antara 20 hingga 35 persen.

BEI juga memperpanjang durasi penghentian perdagangan sementara. Jika IHSG turun 8 persen, perdagangan akan dihentikan selama 30 menit, naik dari sebelumnya 5 persen. Jika penurunan berlanjut hingga 15 persen, penghentian kedua selama 30 menit akan dilakukan. Penurunan lebih dari 20 persen akan menghentikan perdagangan hingga akhir hari.

"Kami ingin memastikan investor memiliki ruang dan waktu untuk memproses informasi setelah lebih dari seminggu libur," kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dalam konferensi pers. Ia menambahkan bahwa aturan ini bersifat sementara dan akan dievaluasi ketika kondisi pasar kembali normal.

Wakil Presiden Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai kebijakan ini dapat memberikan dukungan jangka pendek, namun menekankan bahwa tekanan utama berasal dari faktor makroekonomi global dan kebijakan tarif AS. "Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas rupiah, mendorong pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5 persen, dan mempertahankan surplus neraca perdagangan," ujarnya.

Dari sisi moneter, Bank Indonesia menyatakan akan terus memantau kondisi dan menjaga kepercayaan pasar. Beberapa ekonom memperkirakan potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve AS dapat membuka ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga demi mendukung pertumbuhan.

Namun, BI juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap nilai tukar rupiah. "Pelemahan berkelanjutan rupiah bisa membuat pasar menghapus ekspektasi pemangkasan suku bunga tahun ini," kata ekonom DBS Bank, Radhika Rao.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menambahkan bahwa inflasi domestik yang masih rendah, sebesar 1,03 persen secara tahunan pada Maret, memberi ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan suku bunga.

Sementara itu, Mandiri Sekuritas menyatakan bahwa dampak tarif terhadap pasar saham Indonesia mungkin lebih terbatas dibanding negara lain karena perekonomian Indonesia lebih ditopang oleh permintaan domestik. Mereka bahkan memperkirakan pasar Indonesia berpotensi berkinerja lebih baik jika terdapat pelonggaran kebijakan dari AS.

Pasar Indonesia baru kembali beroperasi pada 8 April setelah libur Idulfitri sejak 27 Maret, dan kini bereaksi terhadap dinamika pasar global serta kebijakan tarif AS yang diumumkan pekan lalu. Sebelum libur, pasar domestik pun sudah menunjukkan tekanan akibat kekhawatiran terkait arah kebijakan fiskal dan prospek pertumbuhan ekonomi nasional.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Rupiah
  • IHSG
  • Amerika Serikat

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE