Mata Uang Emerging Market Termasuk Rupiah Makin Loyo Akibat Hal Ini

JAKARTA, GENVOICE.ID - Tekanan terhadap mata uang di negara-negara emerging market, termasuk rupiah, semakin nyata seiring kecenderungan pelaku pasar global mengalihkan portofolio mereka ke aset yang lebih aman, seperti dollar Amerika Serikat (AS).

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi persepsi pasar yang menilai Federal Reserve (The Fed) belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini dipicu potensi kenaikan inflasi akibat kebijakan tarif impor Presiden AS, Donald Trump.

Mata Uang Emerging Market Termasuk Rupiah Makin Loyo Akibat Hal Ini
- (Dok. Antara).

Sejak Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS, kebijakan tarif seringkali memberikan sentimen positif terhadap dollar AS dan mempengaruhi pelemahan rupiah.

Trump berencana menerapkan tarif 25 persen pada barang impor dari Kanada dan Meksiko, dengan potensi tambahan tarif 10 persen untuk produk asal Tiongkok. Menurut Ariston, langkah ini mendorong pasar menghindari risiko dengan mengamankan aset di instrumen yang lebih stabil.

"Untuk mata uang emerging market, potensinya melemah sama dengan rupiah karena pasar biasanya mau mengamankan aset dari kebijakan yang dianggap tidak pro pertumbuhan, sambil melihat perkembangan situasi selanjutnya," ungkap Aris.

Ancaman pelemahan rupiah semakin meningkat karena pernyataan ancaman Trump yang bakal mengenakan tarif dagang 100 persen terhadap BRICS atas dedolarisasi sebagaimana disampaikan pengamat mata uang Ibrahim Assuabi.

"Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100 persen pada kelompok negara BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dolar. Trump menuntut komitmen dari kelompok tersebut yang sebagian besar terdiri dari Brasil, Russia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan bahwa mereka tidak akan meluncurkan usaha semacam itu," kata Ibrahim seperti dikutip dari Antara.

Nilai tukar rupiah (kurs) pada penutupan perdagangan akhir pekan ini melemah 49 poin atau 0,30 persen ke posisi 16.305 per dollar AS dari sebelumnya 16.257 per dollar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut melemah ke level 16.312 per dollar AS dari sebelumnya sebesar 16.259 per dollar AS.

Berbalik Menguat

Sebelumnya, Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah usai Presiden Trump kembali mengancam Kanada dan Meksiko atas kebijakan tarif sebesar 25 persen.

"Dollar AS yang sempat melemah pascadata pertumbuhan PDB AS kuartal IV 2024 yang lebih rendah dari perkiraan berbalik menguat setelah Trump yang kembali mengancam tarif 25 persen kepada Kanada dan Meksiko," kata Lukman.

Tercatat, PDB tahunan AS tumbuh 2,3 persen atau lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 2,6 persen pada kuartal IV 2024. Hal itu disebabkan defisit neraca perdagangan yang mencapai 237 miliar dollar AS.

Namun demikian, kebijakan tarif belakangan ini memberikan sentimen positif terhadap dollar AS masih mempengaruhi pelemahan kurs rupiah.

"Importir AS sudah jauh hari mempersiapkan diri dengan mengimpor jauh-jauh hari sebelum Trump menjabat," ungkapnya.

R
Rivaldi Dani Rahmadi
Penulis
  • Tag:
  • Pertamina
  • Pembalap
  • VR46 Riders Academy

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE