OpenAI Blokir Akun dari Tiongkok dan Korea Utara yang Gunakan AI untuk Operasi Pengaruh Opini
JAKARTA, GENVOICE.ID - OpenAI telah mengambil langkah tegas dengan memblokir sejumlah akun pengguna dari tiongkok dan Korea Utara yang diduga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk tujuan berbahaya.
Dilansir dair Reuters, langkah ini diumumkan dalam laporan yang dirilis pada Jumat, 21 Februari 2025.
Dalam laporan tersebut, OpenAI mengungkapkan bahwa aktor dari negara-negara dengan rezim otoriter mulai memanfaatkan kecerdasan buatan untuk melawan Amerika Serikat sekaligus memperketat kendali atas rakyat mereka. Perusahaan tersebut menggunakan alat berbasis AI untuk mendeteksi dan mengidentifikasi operasi-operasi ini.
Meski begitu, OpenAI tidak merinci jumlah akun yang telah diblokir maupun jangka waktu proses pemblokiran ini berlangsung.
Salah satu kasus yang terungkap melibatkan pengguna ChatGPT di tiongkok yang memanfaatkan teknologi ini untuk menghasilkan artikel berita dalam bahasa Spanyol dengan narasi negatif terhadap Amerika Serikat. Artikel-artikel tersebut kemudian disebarkan melalui berbagai media arus utama di Amerika Latin yang memiliki hubungan dengan perusahaan asal tiongkok.
Sementara itu, di Korea Utara, pelaku yang diduga memiliki keterkaitan dengan pemerintah setempat memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membuat resume dan profil online fiktif. Tujuan utama mereka adalah memperoleh pekerjaan secara ilegal di perusahaan-perusahaan Barat.
Tak hanya tiongkok dan Korea Utara, sekelompok akun ChatGPT yang diyakini terhubung dengan operasi penipuan keuangan berbasis di Kamboja juga masuk dalam radar OpenAI. Para pelaku ini menggunakan teknologi AI untuk menerjemahkan serta memproduksi komentar di berbagai platform media sosial dan aplikasi komunikasi, termasuk X (sebelumnya Twitter) dan Facebook.
Pemerintah Amerika Serikat telah berulang kali menyuarakan kekhawatiran mengenai potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan oleh tiongkok. Washington menuding Beijing menggunakan teknologi ini untuk menekan warganya, menyebarkan disinformasi, serta mengancam keamanan AS dan sekutunya.
Sebagai chatbot AI paling populer di dunia, ChatGPT kini memiliki lebih dari 400 juta pengguna aktif mingguan. Sementara itu, OpenAI sendiri sedang dalam pembicaraan untuk menggalang dana hingga 40 miliar dolar AS dengan valuasi perusahaan yang diperkirakan mencapai 300 miliar dolar AS. Jika tercapai, pendanaan ini akan menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah perusahaan swasta.
Langkah OpenAI dalam membatasi penggunaan AI untuk kepentingan berbahaya ini menjadi sorotan, sekaligus memicu perdebatan mengenai bagaimana teknologi kecerdasan buatan dapat dikendalikan agar tidak dimanfaatkan untuk tujuan yang bertentangan dengan kepentingan global.
0 Comments





- Industri Otomotif dan Raksasa Telekomunikasi Tiongkok Mulai Integrasikan AI DeepSeek
- Rahasia Menjaga Kebersihan Saat Menstruasi yang Wajib Kamu Tahu, Biar Gak Gampang Infeksi!
- Investor Ritel dari Tiongkok Berbondong-bondong Manfaatkan AI DeepSeek untuk Trading Saham
- Duka dan Ketidakpastian Menyelimuti Myanmar Pasca Gempa Dahsyat
- Jakarta Gelar "Aksi Satu Jam untuk Bumi" pada 26 April: Pemadaman Listrik Serentak untuk Kurangi Emisi
- PT KAI Daop 8 Surabaya Catat Penjualan 123.551 Tiket Kereta Selama Libur Paskah 2025
- Mengenal 10 Tradisi Unik dari Jawa Timur yang Sarat Makna dan Budaya
- Crown Prosecution Service Perketat Aturan: Pelaku "Revenge Porn" Tak Lagi Bisa Simpan Foto Korban
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!