Semua Mata ke Vatikan, Begini Cara Paus Baru Dipilih
JAKARTA, GENVOICE.ID - Saat takhta kepausan kosong, para kardinal Gereja Katolik dari seluruh dunia akan berkumpul di Vatikan. Dalam tradisi berusia ratusan tahun yang disebut konklaf, mereka memilih pemimpin tertinggi gereja dengan cara yang tertutup rapat dan penuh simbol.
Konklaf berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti "dengan kunci". Sesuai namanya, seluruh proses dilakukan secara tertutup. Begitu pemungutan suara dimulai di Kapel Sistina, hanya kardinal pemilih dan beberapa pejabat penting yang diperbolehkan di dalam. Ponsel, televisi, surat kabar, dan pesan apa pun dilarang. Kapel bahkan dipastikan bebas dari alat penyadap.
Saat ini, ada lebih dari 250 kardinal di seluruh dunia, tapi hanya sekitar 135 yang bisa ikut memilih karena batas usia maksimal adalah 80 tahun. Menariknya, sekitar 110 di antaranya diangkat langsung oleh Paus Fransiskus dalam sepuluh tahun terakhir, mencerminkan arah gereja yang lebih terbuka dan inklusif.
Biasanya, para kardinal akan datang ke Roma 15 sampai 20 hari setelah paus wafat. Mereka tinggal di penginapan khusus dekat Kapel Sistina, lalu menjalani proses pemilihan lewat beberapa kali pemungutan suara. Setiap hari, mereka akan memberikan suara dua kali, pagi dan sore, hingga satu nama memperoleh dukungan dua pertiga.
Secara aturan, siapa pun pria Katolik yang telah dibaptis bisa menjadi paus, meskipun biasanya seorang kardinal yang dipilih. Setiap kardinal pemilih mendapat selembar kertas bertuliskan eligo in summum pontificem, atau "Saya memilih sebagai paus tertinggi". Nama kandidat ditulis, lalu kertasnya dilipat dan dimasukkan ke dalam piala.
Setelah setiap putaran suara, kertas-kertas itu dibakar di tungku khusus. Warna asap yang keluar menjadi kode untuk para umat yang menunggu di Lapangan Santo Petrus. Jika asapnya hitam, artinya belum ada keputusan. Jika asap putih muncul ke udara, tandanya pemimpin baru gereja sudah ditentukan.
Begitu seorang calon terpilih, dia akan ditanya apakah bersedia menerima jabatan tersebut, dan nama apa yang akan dipilih sebagai paus. Lalu, paus terpilih dibawa ke Room of Tears, ruangan kecil tempat ia mengenakan jubah putih, topi zucchetto, dan sandal merah. Tiga ukuran pakaian sudah disiapkan lebih dulu oleh penjahit Vatikan.
Di akhir prosesi, dekan kardinal akan tampil di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan kabar yang ditunggu-tunggu umat Katolik di seluruh dunia: "Habemus papam. Kita punya paus baru."
Semua Mata ke Vatikan, Begini Cara Paus Baru Dipilih
0 Comments





- Memilih Mudik Lebaran Naik Bus, Raffi Ahmad Ingin Dukung Transportasi Umum yang Lebih Aman
- Korea Selatan Siap Pilih Presiden Baru Usai Krisis Politik dan Fokus pada Masalah Ekonomi
- Ingin Rebut Pasar Gen Z dari TikTok, Instagram Tingkatkan Fitur Pencarian
- Tarik Ulur! Tarif Balasan dari AS Jadi Sorotan, Sri Mulyani Tegaskan Komitmen Indonesia di Meja Negosiasi
- 5 Restoran Indonesia yang Bisa Kamu Datangi ketika Berlibur di Inggris
- Solanke Bawa Spurs ke Semi-Final Liga Europa dengan Penalti Penentu, Kalahkan Eintracht Frankfurt 1-0
- Resmi Terpilih, Ini Profil Paus Leo XIV: Paus Pertama dari AS yang Pernah Hidup di Tengah Umat Miskin
- Korea Selatan Dilanda Kebakaran Hutan Terburuk dalam Sejarah
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!