48 Negara Masih Mengandalkan Dukungan IMF
WASHINGTON - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva mengatakan, tercatat 48 negara yang masih mengandalkan dukungan neraca pembayaran IMF, termasuk Argentina, yang reformasinya berorientasi pasar dengan dukungan program terbaru dan terbesar lembaga tersebut.
"Argentina merupakan pasien langganan IMF dan pekan lalu, negara yang dipimpinan Presiden, Javier Milei tersebut menyepakati pinjaman 20 miliar dollar AS dengan IMF," kata Kristalina dalam pidato resmi pada Springs Meeting IMF-World Bank 2025, di Washington, akhir pekan lalu.
IMF tidak bersedia menyebut negara lainnya kecuali Argentina.
IMF menyatakan akan terus membantu negara-negara anggotanya melakukan penyesuaian ekonomi makro dan memajukan reformasi di tengah tantangan gejolak ketidakpastian karena perubahan pola sistem perdagangan global.
Dewan Eksekutif IMF sendiri telah menyetujui pengaturan Fasilitas Dana Diperpanjang (Extended Fund Facility/EFF) selama 48 bulan untuk Argentina dengan total 20 miliar dollar AS atau 479 persen dari kuota fasilitasnya.
Dari total pinjaman itu, 12 miliar dollar AS dicairkan langsung. Adapun, tinjauan pertama direncanakan pada Juni 2025 dengan pencairan terkait sekitar 2 miliar dollar AS.
"Program ini diharapkan dapat membantu mengkatalisasi dukungan multilateral dan bilateral resmi tambahan, dan akses kembali yang tepat waktu ke pasar modal internasional," kata IMF.
Kondisi global saat ini, sedang tidak baik akibat ketegangan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Namun, Kristalina berkeyakinan tidak akan ada resesi global. Dia hanya melihat kemungkinan besar pelemahan ekonomi.
Dia mengatakan ketegangan hubungan dagang ini hanya akan memicu revisi ke bawah untuk prakiraan ekonomi global.
"Proyeksi pertumbuhan baru kami akan mencakup penurunan harga yang signifikan, tetapi bukan resesi. Kami juga akan melihat kenaikan harga pada prakiraan inflasi untuk beberapa negara," kata Kristalina.
Kendati tidak menimbulkan resesi, dia memperingatkan bahwa ketidakpastian yang tinggi dan berlarut-larut dapat meningkatkan risiko tekanan pasar keuangan.
Menata Kembali
Dalam kesempatan itu, dia mengingatkan semua negara harus melipatgandakan upaya untuk menata kembali negara masing-masing. Dalam dunia dengan ketidakpastian yang lebih tinggi dan guncangan yang sering terjadi, Kristalina menegaskan tidak ada ruang untuk menunda reformasi guna meningkatkan stabilitas ekonomi dan keuangan serta meningkatkan potensi pertumbuhan.
Perekonomian katanya menghadapi tantangan baru dari posisi awal yang lebih lemah, dengan beban utang publik yang jauh lebih tinggi daripada beberapa tahun yang lalu.
"Karena itu, sebagian besar negara harus mengambil tindakan fiskal yang tegas untuk membangun kembali ruang kebijakan, dengan menetapkan jalur penyesuaian bertahap yang menjaga kerangka fiskal. Namun, beberapa negara mungkin mengalami guncangan yang memerlukan dukungan fiskal baru," paparnya.
Oleh sebab itu, dia menegaskan negara-negara dengan utang publik yang tidak berkelanjutan harus bergerak secara proaktif untuk memulihkan posisi mereka, dengan mengambil keputusan sulit untuk mencari restrukturisasi utang.
48 Negara Masih Mengandalkan Dukungan IMF
0 Comments





- PLTU Seharusnya Sudah Tak Ada Dalam RUPTL 2025-2034
- Indonesia Dorong ADB Mobilisasi Investasi Sektor Swasta
- Musibah Banjir Belum Ganggu Distribusi Bahan Pangan
- Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Terlalu Ambisius
- Produksi Beras Meningkat, Harga di Tingkat Petani Jangan Sampai Anjlok
- Gedung Putih Tunggu Langkah Konkret Rusia Terkait Perundingan Damai
- Trump: Kami akan Bersikap Sangat Baik Terhadap Beijing
- Kebijakan Tarif Trump Ancam PHK Massal Industri Tekstil DIY
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!