Benarkah Rupiah Siap Menguat? Ancaman Defisit Fiskal AS Bisa Jadi Angin Segar untuk Indonesia
JAKARTA, GENVOICE.ID - Nilai tukar rupiah diperkirakan berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kekhawatiran global terhadap kondisi fiskal Negeri Paman Sam.
Dilansir dari Antara, analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai tekanan terhadap dolar AS memberi ruang bagi rupiah untuk bernapas.
"Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi menguat terbatas terhadap dolar AS yang masih tertekan oleh kekhawatiran defisit fiskal," ujar Lukman.
Menurut laporan Xinhua, komite kongres utama AS kini membuka jalan bagi pemungutan suara terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemotongan Pajak yang dinilai kontroversial. Selain memperpanjang pemotongan pajak tahun 2017 yang segera berakhir, RUU tersebut juga mencakup peningkatan anggaran militer, penegakan imigrasi, dan pemotongan pada program Medicaid, bantuan pangan, serta energi bersih.
Namun, penambahan pengeluaran ini dikhawatirkan akan memperburuk kondisi fiskal AS.
"Defisit dari undang-undang pajak baru yang lebih rendah bisa menambahkan 3-5 triliun dolar AS utang pemerintah. Ini yang menyebabkan penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's," jelas Lukman.
Meskipun dolar AS tengah tertekan, pernyataan hawkish dari pejabat tinggi Federal Reserve (The Fed) turut memberikan penahan terhadap pelemahan mata uang tersebut. Presiden The Fed Bank of Atlanta, Raphael Bostic, menyebut pemangkasan suku bunga kemungkinan hanya dilakukan sekali, yakni sebesar 25 basis poin tahun ini, karena kekhawatiran terhadap inflasi akibat perang tarif.
Sementara itu, Presiden The Fed Bank of New York, John Williams, menyatakan bahwa obligasi AS masih menjadi incaran investor, yang turut menopang kekuatan dolar.
Dengan kondisi ini, Lukman memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.400-Rp16.500 per dolar AS dalam waktu dekat.
Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, rupiah tercatat menguat 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.425 per dolar AS, dibanding penutupan sebelumnya di Rp16.434 per dolar AS.
Meski penguatannya masih terbatas, sentimen negatif dari sisi fiskal AS berpotensi memberi napas tambahan bagi rupiah jika didukung dengan stabilitas ekonomi dalam negeri.
0 Comments





- Oliver Hermanus Kembali ke Cannes dengan Drama Romantis Queer 'The History of Sound', Siap Ubah Narasi di Layar Lebar
- Jejak Sekolah Bersejarah yang Kembali Dihidupkan di Chelsea
- Cedera Geoff Neal Paksa UFC 314 Batalkan Laga Utama Kelas Welter
- Lonjakan Wisatawan Asing di Jepang, Antara Manfaat Ekonomi dan Tantangan Sosial
- Pertina Resmi Dikeluarkan dari Keanggotaan KOI, Tinju Indonesia Akan Diurus Langsung oleh KOI
- Waspada Diare Saat Puasa, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya
- Presiden Prabowo Cabut 4 Izin Tambang Demi Lindungi Raja Ampat
- Google Izinkan Anak-Anak Akses Gemini AI di Android, Orang Tua Wajib Waspada!
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!