Waspada Diare Saat Puasa, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

JAKARTA, GENVOICE.ID - Puasa telah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang, baik untuk alasan kesehatan maupun spiritual. Namun, tidak semua orang menjalani puasa tanpa kendala. Salah satu gangguan kesehatan yang bisa muncul adalah diare, yang berpotensi berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Jika mengalami diare saat puasa, sebaiknya segera menghentikan puasa sementara hingga kondisi membaik.

Dilansir dari Healthline, diare terjadi ketika makanan dan nutrisi melewati saluran pencernaan terlalu cepat tanpa sempat diserap tubuh. Jika terjadi saat berpuasa, kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi, kekurangan nutrisi, gangguan penyerapan makanan, kram perut, mual, dan pusing. Dalam kondisi tertentu, kombinasi puasa dan diare dapat meningkatkan risiko kehilangan cairan yang berujung pada pingsan.

Selain diare, beberapa gejala lain juga menjadi tanda bahwa seseorang sebaiknya menghentikan puasa, seperti pusing berlebihan, kehilangan kesadaran, mual dan muntah, nyeri perut hebat, serta nyeri dada. Jika mengalami gejala tersebut, disarankan untuk segera berbuka dengan minuman yang cukup dan makanan ringan hingga kondisi membaik.

Secara umum, puasa tidak langsung menyebabkan diare, tetapi ada beberapa faktor yang dapat memicu kondisi ini. Salah satunya adalah konsumsi minuman berkafein seperti kopi dan teh dalam jumlah berlebihan. Selain itu, faktor lain seperti pola makan yang kurang sehat, intoleransi laktosa, kekurangan mineral, infeksi saluran cerna, serta reaksi alergi terhadap makanan atau obat-obatan juga dapat memicu diare.

Menariknya, diare lebih sering terjadi setelah berbuka puasa dibandingkan saat berpuasa. Hal ini disebabkan oleh melemahnya sistem pencernaan setelah tidak menerima asupan makanan dalam waktu lama. Jika berbuka dengan makanan berat atau sulit dicerna, usus dapat bereaksi negatif sehingga menyebabkan gangguan pencernaan.

Untuk mengatasi diare saat puasa, beberapa langkah bisa dilakukan di rumah. Mengonsumsi banyak air menjadi hal utama untuk mencegah dehidrasi. Minuman berkafein dan bergula tinggi sebaiknya dihindari, sementara minuman elektrolit seperti air kelapa dapat membantu menggantikan cairan tubuh yang hilang. Mengonsumsi makanan tinggi serat larut, serta makanan yang kaya akan kalium dan garam juga dapat membantu menstabilkan kondisi tubuh.

Jika diare tidak kunjung membaik, beberapa obat bebas dapat membantu meredakan gejala, seperti loperamide untuk mengurangi frekuensi diare dan bismuth subsalicylate yang berfungsi melindungi lapisan lambung serta mengurangi peradangan.

Bagi yang harus menghentikan puasa karena diare, disarankan untuk memulai kembali makan dengan makanan yang mudah dicerna. Diet BRAT yang terdiri dari pisang, nasi, saus apel, dan roti panggang dapat membantu menstabilkan sistem pencernaan. Selain itu, makanan berminyak, pedas, serta makanan yang dapat memicu gas seperti kacang-kacangan dan brokoli sebaiknya dihindari untuk sementara waktu.

Puasa dilakukan oleh banyak orang dengan berbagai tujuan, baik karena alasan spiritual, budaya, maupun kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi peradangan, menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes, serta meningkatkan metabolisme tubuh. Namun, efek jangka panjang puasa terhadap kesehatan masih membutuhkan lebih banyak penelitian.

Diare memang bukan kondisi yang mengancam nyawa, tetapi jika terjadi saat puasa, risikonya dapat meningkat. Jika mengalami diare, pertimbangkan untuk menghentikan puasa sementara hingga kondisi kembali normal. Jika gejala seperti pingsan, muntah darah, atau nyeri perut parah terjadi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Meskipun puasa memiliki banyak manfaat, menjaga kesehatan tetap harus menjadi prioritas utama.