Perang dan Kelaparan Menghancurkan Sudan, Krisis Kemanusiaan yang Tidak Disorot Dunia

JAKARTA, GENVOICE.ID - Sudan kini menghadapi krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan dampak yang memprihatinkan bagi lebih dari 51 juta penduduknya. Setelah dua tahun peperangan antara militer Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), negara ini berada dalam kehancuran yang semakin dalam, sementara upaya internasional untuk menghentikan perang masih minim.

Pada peringatan dua tahun pertempuran pertama di Khartoum, serangan terbaru oleh RSF terhadap kamp pengungsian di Darfur Barat menambah derita warga sipil yang terjebak di tengah konflik ini. Diperkirakan ratusan orang tewas dalam serangan tersebut, yang hanya menambah daftar panjang kekejaman yang terjadi sejak awal perang.

Perang dan Kelaparan Menghancurkan Sudan, Krisis Kemanusiaan yang Tidak Disorot Dunia
- (Dok. UNHCR).

Dampak dari perang ini sangat besar. Puluhan ribu orang telah meninggal dunia, sementara ratusan ribu lainnya menghadapi ancaman kelaparan. Hampir 13 juta orang telah mengungsi, dengan sekitar 4 juta di antaranya melarikan diri ke negara-negara tetangga. Krisis pengungsian ini menambah beban rakyat Sudan yang telah lama menghadapi kondisi yang tidak manusiawi.

"Sudan sekarang lebih buruk dari sebelumnya," ungkap Elise Nalbandian, Manajer Advokasi Oxfam untuk wilayah ini. "Ini adalah krisis kemanusiaan terbesar, krisis pengungsian terbesar, dan krisis kelaparan terbesar… semuanya memecahkan rekor buruk."

Menurut Daniel O'Malley, Kepala Delegasi Palang Merah Internasional di Sudan, telah terjadi pelanggaran berat terhadap hukum internasional dalam konflik ini, dengan warga sipil yang terperangkap antara dua atau lebih pihak yang berseteru. "Angka korban yang jatuh sangat mencengangkan," kata O'Malley.

Meskipun militer Sudan telah berhasil merebut kembali sebagian besar Khartoum dan istana presiden pada bulan lalu, perang di seluruh negeri terus berlanjut. Di Darfur, lebih dari 400 orang tewas dalam serangan RSF terbaru, dengan sejumlah besar pengungsi yang terpaksa melarikan diri dari kamp-kamp di daerah tersebut.

Kamp pengungsian seperti Zamzam dan Abu Shouk di Darfur menjadi sasaran serangan udara dan darat, dengan laporan PBB yang mengonfirmasi lebih dari 400 korban tewas dalam serangan tersebut. Krisis kemanusiaan yang lebih parah kini sedang berlangsung, dengan lebih dari 637.000 orang di Darfur terancam kelaparan.

PBB menilai serangan besar-besaran ini sebagai akibat dari ketidakaktifan komunitas internasional yang lambat merespons. "Serangan-serangan ini semakin memperburuk krisis perlindungan dan kemanusiaan yang sudah sangat buruk," kata Volker Türk, Kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB, menanggapi situasi yang semakin memburuk di El Fasher, kota yang telah dikepung oleh RSF sejak Mei 2024.

Dengan sekitar 24,6 juta orang atau setengah dari populasi Sudan kekurangan pangan, negara ini kini terperangkap dalam kelaparan dan kehancuran yang semakin dalam. Meskipun ada upaya diplomatik yang dilakukan oleh negara-negara besar, krisis ini sering kali tenggelam dalam perhatian internasional akibat berbagai krisis global lainnya, termasuk perang di Ukraina dan Gaza.

Krisis Sudan bermula pada akhir 2018 ketika protes besar-besaran menentang pemerintahan diktator Omar al-Bashir pecah. Setelah menggulingkan Bashir pada 2019 melalui kudeta, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti) kembali berselisih pada 2021, memicu perang penuh yang belum juga berakhir.

RSF, yang awalnya merupakan milisi yang terlibat dalam genosida di Darfur pada 2000-an, terus mengembangkan wilayah kekuasaannya, sementara korban sipil semakin banyak jatuh. PBB mencatat bahwa kedua belah pihak, baik RSF maupun militer Sudan, telah melakukan kejahatan perang.

Pemerintah AS pada Januari 2025 menyatakan bahwa RSF telah melakukan genosida, sebuah pengakuan yang menunjukkan betapa parahnya situasi di Sudan. Dukungannya dari Uni Emirat Arab (UEA), yang dituduh menyediakan senjata kepada RSF, semakin memperumit konflik ini.

Dengan situasi yang terus memburuk, dunia internasional dihadapkan pada tantangan besar dalam menangani salah satu krisis kemanusiaan terbesar abad ini. Keterlambatan respons global semakin memperburuk penderitaan warga Sudan yang terperangkap dalam konflik tanpa ujung ini.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Krisis Pangan
  • Africa
  • Konflik

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE