Final Liga Europa All-English: Manchester United vs Tottenham, Duel Klub Terluka yang Mengincar Harga Diri dan Tiket Liga Champions
JAKARTA, GENVOICE.ID - Final Liga Europa musim ini akan mempertemukan dua raksasa Inggris yang tengah terluka, Manchester United dan Tottenham Hotspur, dalam duel sarat gengsi pada 21 Mei mendatang di Bilbao.
Dilansir dari BBC International, meski keduanya tertatih-tatih di Premier League, menempati posisi ke-15 dan ke-16, gelar Eropa bisa menyelamatkan musim dan membuka jalan kembali ke Liga Champions.
United, yang kini diasuh Ruben Amorim, melaju ke final dengan kemenangan telak atas Athletic Bilbao 7-1 secara agregat. Sementara Tottenham, di bawah Ange Postecoglou, mengatasi tim kejutan Norwegia Bodo/Glimt dengan agregat 5-1. Kedua tim tampil dominan di semifinal, namun beban sejarah dan harapan publik tetap besar.
Bagi United, ini adalah peluang meraih trofi Liga Europa kedua dalam delapan tahun terakhir, setelah kemenangan di era Jose Mourinho pada 2017. Mereka terakhir kali tampil di final kompetisi ini pada 2021, namun kalah adu penalti dari Villarreal. Sedangkan bagi Tottenham, laga ini menjadi peluang untuk mengakhiri penantian panjang selama 41 tahun tanpa gelar Eropa, sekaligus mendapatkan trofi pertama sejak 2008.
Menariknya, ini menjadi final Eropa all-English keenam dalam sejarah, dan yang ketiga melibatkan Spurs. Statistik musim ini tampaknya berpihak pada Tottenham, yang sudah mengalahkan United tiga kali: dua kali di Premier League dan sekali di Piala Liga.
Namun Amorim enggan tunduk pada tren tersebut. "Kalau bicara peluang, sulit membayangkan klub kalah empat kali dari tim yang sama dalam satu musim," katanya.
Pernyataan ini diamini oleh legenda Spurs Glenn Hoddle, yang menyebut laga ini sebagai "pertarungan besar yang terbuka lebar."
Meski tertinggal jauh dari zona Eropa di liga domestik, kemenangan di Bilbao akan otomatis membawa pemenang ke Liga Champions musim depan. Hal ini sangat penting, mengingat keduanya terpaut lebih dari 20 poin dari peringkat kelima.
Mantan pemain United Paul Scholes percaya bahwa sejarah klub akan bicara. "United itu seperti Real Madrid, bisa saja tidak bermain bagus sepanjang musim, tapi tetap tahu cara menang di Eropa. Tottenham tidak punya sejarah itu," ujarnya.
Sementara Postecoglou menyentil kritik terhadap performa liga domestik timnya. "Saya tidak peduli siapa yang tertatih-tatih di liga. Fakta bahwa kami ada di final menunjukkan bahwa kami pantas berada di sini," katanya.
Data dari Opta memperlihatkan betapa ketatnya laga ini, dengan peluang kemenangan United sebesar 50,7%, sedikit lebih tinggi dari Tottenham 49,3%. Ini juga bisa mencatatkan sejarah baru: jika United atau Spurs tetap finis di posisi mereka saat ini, maka sang juara akan menjadi tim dengan peringkat domestik terendah yang pernah memenangkan Liga Europa sejak sistem baru diperkenalkan pada 2009.
Dengan banyak pertaruhan di dalam dan luar lapangan, pertandingan ini tak sekadar soal trofi, tapi soal martabat. Seperti disampaikan komentator Izzy Christiansen, "Kedua tim punya sesuatu untuk dibuktikan. Final ini akan luar biasa."
0 Comments





- Waspada Kolesterol Saat Idul Adha! Ini Tips Sehat Makan Daging Kurban dari Dokter Spesialis
- Libur Panjang Kacaukan Tol Jagorawi! Contraflow ke Puncak Dihentikan, Akses Gadog Ditutup
- Penjualan Tesla di Eropa Merosot Tajam di Tengah Kontroversi Elon Musk
- Iran Gempur Israel dari Dua Kota! Rudal Balistik Hantam Pangkalan Udara, Korban Berjatuhan
- KPK Sebut Motor Milik Ridwan Kamil Belum Dipindahkan ke Rupbasan Karena Kendala Teknis
- Masjid Istiqlal Sediakan Lahan Parkir untuk Jemaat Gereja Katedral Saat Jumat Agung, Wujud Toleransi Antarumat Beragama
- Garuda Muda Terbang ke Filipina! Timnas Basket U-16 Indonesia Siap Bikin Kejutan di Kualifikasi Asia
- Harga Emas Antam Melejit! Tembus Rp1,9 Juta per Gram, Ini Rincian Terbarunya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!