Google Menghapus Janji untuk Tidak Menggunakan AI dalam Senjata atau Pengawasan
JAKARTA, GENVOICE.ID - Google telah memperbarui kebijakan etika AI-nya dan menghapus janji bahwa mereka tidak akan menggunakan teknologi ini untuk senjata atau pengawasan.
Dalam versi sebelumnya yang disimpan di arsip internet Wayback Machine, Google secara jelas menyatakan bahwa mereka tidak akan mengembangkan AI untuk senjata atau teknologi yang dapat melukai manusia. Selain itu, mereka juga berjanji tidak akan menggunakan AI untuk pengawasan yang melampaui standar internasional. Namun, pernyataan ini kini telah dihapus dari halaman kebijakan terbaru mereka.
Sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada tahun 2022, perkembangan AI semakin pesat. Namun, regulasi terkait transparansi dan etika AI masih tertinggal. Kini, Google tampaknya melonggarkan batasan yang mereka tetapkan sendiri.
Dalam sebuah postingan blog pada hari Selasa, James Manyika, Wakil Presiden Senior Riset, Laboratorium, Teknologi & Masyarakat dan Demis Hassabis, kepala Google DeepMind, mengatakan bahwa berbagai aturan AI yang diterbitkan negara-negara demokratis telah memperdalam pemahaman Google tentang potensi dan risiko AI.
"Kami percaya bahwa negara-negara demokratis harus memimpin dalam pengembangan AI dengan berpegang pada nilai-nilai inti seperti kebebasan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia," tulis mereka dalam blog, dikutip dari CNN, Minggu (9/2).
Mereka juga menambahkan bahwa perusahaan, pemerintah, dan organisasi yang memiliki nilai-nilai serupa harus bekerja sama untuk menciptakan AI yang melindungi manusia, mendorong pertumbuhan global, dan mendukung keamanan nasional.
Google pertama kali menerbitkan Prinsip AI mereka pada tahun 2018, sebelum teknologi ini menjadi begitu umum. Namun, dengan pembaruan terbaru ini, mereka tampaknya mengambil langkah mundur dari prinsip awalnya.
Pada tahun 2018, Google pernah membatalkan tawaran kontrak senilai 10 miliar dolar untuk proyek komputasi awan Pentagon karena khawatir hal itu tidak sesuai dengan Prinsip AI mereka. Saat itu, lebih dari empat ribu karyawan menandatangani petisi yang menuntut Google tidak mengembangkan teknologi militer, bahkan beberapa karyawan mengundurkan diri sebagai bentuk protes.
0 Comments





- Tegas Bertindak! David Gilmour dari Pink Floyd Gugat Website Penjual Merchandise Palsu
- Swiatek Menang Dramatis atas Noskova dan Tantang Rybakina di Perempat Final Doha
- Puluhan Warga Palestina Tewas Saat Berusaha Mendapatkan Bantuan Makanan di Gaza, Rumah Sakit Laporkan
- Manajer Justin Bieber Ungkap Kini Hanya Jadi 'Penyemangat dari Samping'
- Justin Bieber Tunjukkan Dukungan Usai Chris Brown Dibebaskan dari Penjara
- Album 'Reputation' Milik Taylor Swift Kembali ke 5 Besar Billboard Setelah Ia Beli Master Rekaman Asli
- Android Tambahkan Dukungan Auracast untuk Alat Bantu Dengar
- Trump Pertimbangkan Kebijakan Tahan Warga Tanpa Proses Hukum, Picu Kritik Hak Asasi
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!