Orang-orang Beralih ke Cara Lama Dalam Mencari Pasangan, Benarkah Kejayaan Aplikasi Kencan Online Mulai Pudar?

M
M Ihsan
Penulis
Lifestyle
Orang-orang Beralih ke Cara Lama Dalam Mencari Pasangan, Benarkah Kejayaan Aplikasi Kencan Online Mulai Pudar?
- (Dok. NurPhoto via Getty Images).

JAKARTA, GENVOICE.ID - Sudah lebih dari satu dekade sejak aplikasi kencan mendominasi layar ponsel. Namun, banyak tanda menunjukkan bahwa orang mulai bosan dengan cara lama dalam mencari pasangan secara digital. Kini, semakin banyak yang beralih ke aplikasi berbasis minat bersama untuk menemukan cinta.

Film-film sering menggambarkan bagaimana cinta bisa datang secara tiba-tiba di lift, showroom Ikea, atau di atas Empire State Building, dengan latar musik romantis yang mendayu. Namun, di dunia nyata, sebagian besar kisah cinta modern justru dimulai dari layar ponsel.

Dilansir dari Independent, aplikasi kencan mulai booming di awal 2010-an. Tinder lahir pada 2012, disusul Bumble pada 2014. Sejak saat itu, banyak orang mulai menggunakannya untuk mencari pasangan, baik dengan penuh harapan maupun sekadar iseng. Pengguna dengan mudah dapat menelusuri profil dan memilih pasangan dengan satu gesekan jari, seperti sedang memilih barang di katalog.

Dulu, menggunakan aplikasi kencan sempat dianggap tabu. Ketika seseorang bertemu pasangannya melalui Match.com di tahun 2000-an, sering kali mereka lebih memilih mengatakan bahwa mereka bertemu di konferensi kerja. Namun, kini keberadaan aplikasi kencan sudah dianggap biasa, bahkan menjadi keharusan bagi para lajang.

iklan gulaku

Namun, pergeseran budaya ini punya harga yang harus dibayar. Aplikasi kencan yang kini dipenuhi oleh jutaan pengguna mulai terasa membosankan dan melelahkan. Tidak sedikit yang merasa terjebak dalam lingkaran swiping tanpa akhir, obrolan basa-basi yang hambar, dan pengalaman buruk seperti ghosting atau bahkan menjadi korban penipuan.

Ria Fend, seorang aktris dan desainer grafis asal London, mengaku lelah dengan pengalaman kencan online.

"Terus-menerus berhadapan dengan obrolan basi, pria yang hanya mencari hubungan kasual, hingga penipuan, membuat saya kehilangan minat," katanya.

Rasa lelah akibat aplikasi kencan bukan hanya dirasakan oleh Ria, survei Axios dan Generation Lab di 2023 menunjukkan bahwa 79% mahasiswa di AS lebih memilih bertemu langsung ketimbang mencari pasangan lewat aplikasi.

Banyak yang memilih kembali ke cara lama, seperti menghadiri acara sosial atau bergabung dalam komunitas berbasis hobi.

"Banyak orang memutuskan untuk berhenti menggunakan aplikasi dan lebih sering datang ke pertemuan serta kegiatan sosial untuk membangun koneksi nyata," ujar Ria.

Bahkan, beberapa orang mulai menemukan cinta lewat aplikasi yang sebenarnya bukan dibuat untuk berkencan. Duolingo, aplikasi belajar bahasa, misalnya, telah menjadi tempat bertemunya pasangan yang kini menikah. Ada juga yang bertemu lewat Strava, aplikasi olahraga, dan Letterboxd, platform pecinta film.

Melihat tren ini, beberapa aplikasi baru mulai bermunculan dengan konsep yang lebih spesifik. Seperti Turn Up, yang menghubungkan orang-orang berdasarkan selera musik mereka. Atau Muzz, aplikasi kencan khusus Muslim yang berfokus pada hubungan serius dan pernikahan.

Shahzad Younas, pendiri Muzz, mengatakan bahwa keberhasilan aplikasinya terletak pada pendekatan yang lebih langsung dan personal.

"Di aplikasi umum, banyak yang hanya ingin bersenang-senang. Sedangkan di Muzz, para pengguna sejak awal sudah tahu bahwa tujuannya adalah pernikahan," ujarnya.

Aplikasi ini bahkan menyediakan fitur panggilan suara dan video gratis untuk membantu pengguna mengenal satu sama lain tanpa harus membagikan nomor pribadi.

"Banyak wanita yang merasa lebih aman dengan fitur ini. Mereka bisa langsung melihat apakah seseorang serius atau hanya main-main," tambahnya.

Dengan semakin banyaknya orang yang merasa lelah dengan budaya swiping dan obrolan tanpa arah, masa depan aplikasi kencan mungkin akan lebih berfokus pada pengalaman yang lebih natural dan berbasis komunitas.

Namun, di balik semua keluhan dan kelelahan, harapan akan cinta tetap ada. Selama ada rasa ingin mencari pasangan, orang akan terus mencoba, baik itu dengan swiping, bertemu di acara komunitas, atau bahkan menemukan cinta lewat aplikasi belajar bahasa.

  • Tag:
  • Presiden Prabowo Subianto
  • Petani
  • Gabah

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Update Today
1,7 Juta Kendaraan Keluar dari Jabotabek H-1 Lebaran
Rivaldi Dani Rahmadi