Impor dari Indonesia Anjlok, Cina dan India Kini Berburu Batu Bara Kalori Tinggi ke Negara Lain
Genvoice.Id - Selasa, 2025 Juli 01 - 18:00 WIB
JAKARTA, GENVOICE.ID - Dua pembeli batu bara terbesar dunia, Cina dan India, kini mulai memangkas pembelian batu bara dari Indonesia. Mereka memilih beralih ke negara lain yang menawarkan batu bara dengan nilai kalori lebih tinggi-yang dinilai lebih efisien meski harganya lebih mahal.
Dalam lima bulan pertama tahun 2025, total impor batu bara Cina tercatat turun hampir 10% menjadi 137,4 juta ton, sementara India turun lebih dari 5% menjadi 74 juta ton. Namun yang paling terasa adalah dampaknya bagi Indonesia, karena ekspor ke dua negara itu turun lebih tajam: 12,3% ke Cina dan 14,3% ke India.
- (Dok. Wahana News).
Data dari firma analitik Kpler menyebut, total ekspor batu bara Indonesia anjlok 12% menjadi 187 juta ton sepanjang Januari hingga Mei 2025. Penyebabnya? Negara-negara besar kini memburu batu bara kalori tinggi yang dianggap lebih efisien dalam menghasilkan energi per dolar.
"Sejuta ton batu bara kalori tinggi bisa menggantikan 1,2 hingga 1,5 juta ton batu bara kalori rendah dari Indonesia," kata Vasudev Pamnani, Direktur I-Energy Natural Resources di India, dikutip dariKata Data, Selasa (1/7).
Rusia disebut-sebut sebagai salah satu negara yang menawarkan batu bara kalori tinggi dengan harga diskon, menjadikannya pilihan utama. Mongolia juga mencatat lonjakan ekspor ke Cina sebesar 44,8%, disusul Australia yang naik 3,4%. Sebaliknya, ekspor termal Indonesia ke Cina turun hingga 12,9%.
Tak hanya ke Cina, posisi Indonesia di India juga tergeser. Ekspor batu bara Afrika Selatan ke India naik 26,1% dalam lima bulan pertama tahun ini. Bahkan Tanzania, yang sebelumnya tidak masuk radar perdagangan batu bara global, kini juga mulai dilirik setelah perang Rusia-Ukraina mengubah peta logistik global.
Pedagang India juga memperluas sumber pasokan ke Kazakhstan, Kolombia, dan Mozambik, sementara Australia tetap mempertahankan posisi kuat di pasar Cina.
Di tengah penurunan permintaan ekspor, pelaku usaha tambang di Indonesia mulai melirik pasar domestik. Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia memprediksi pengiriman untuk kebutuhan dalam negeri akan naik sekitar 3% tahun ini, sementara ekspor bisa turun hingga 10%.
Permintaan dari sektor peleburan logam, terutama nikel, jadi penyelamat. Saat ini, 48,6% pasokan batu bara Indonesia dialihkan ke pasar domestik-porsi tertinggi dalam satu dekade terakhir. Berbeda dengan penjualan ke pembangkit listrik yang dibatasi harganya oleh pemerintah, pabrik peleburan memberi keuntungan lebih besar bagi produsen.
"Pabrik peleburan adalah titik terang sekarang. Harganya lebih baik dibanding penjualan ke pembangkit atau ekspor ke Cina," ujar Ramli Ahmad, Presiden Direktur Ombilin Energi.
Meski demikian, harapan untuk bangkit tetap ada. Jika konflik geopolitik seperti ketegangan di Timur Tengah memicu lonjakan harga batu bara kalori tinggi, maka batu bara Indonesia bisa kembali bersaing di pasar global.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!