Jejak Panjang Animasi Indonesia: Dari Eksperimen Awal hingga Prestasi Internasional

JAKARTA, GENVOICE.ID - Animasi di Indonesia memiliki perjalanan panjang yang penuh tantangan sekaligus prestasi membanggakan. Meski sempat dipandang sebelah mata, industri ini kini mulai menunjukkan taringnya, baik di dalam negeri maupun di kancah global.

1. Awal Mula Animasi di Indonesia

Jejak Panjang Animasi Indonesia: Dari Eksperimen Awal hingga Prestasi Internasional
- (Dok. Mantraidea).

Perjalanan animasi di Tanah Air dimulai pada era 1950-an, ketika teknologi masih sangat terbatas. Salah satu karya awal yang dikenal adalah "Si Doel Memilih", sebuah film animasi pendek produksi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1955. Film ini dibuat untuk kampanye pendidikan dan digarap dengan teknik animasi yang sangat sederhana.

2. Tahun 1970-1980: Eksperimen dan Edukasi

Di era ini, animasi banyak digunakan untuk keperluan edukatif dan iklan layanan masyarakat. Salah satu animator penting di masa ini adalah Raden Ariffien, yang berperan dalam pengembangan animasi edukatif.

Animasi televisi juga mulai diperkenalkan dalam bentuk iklan dan bumper acara. Namun, keterbatasan teknologi dan biaya tinggi membuat animasi belum berkembang secara industri.

3. 1990-an: Lahirnya Tokoh Lokal

Tahun 1995 menjadi tonggak penting dengan hadirnya "Hikayat Sang Kancil" dan sejumlah animasi pendek di TVRI. Sementara itu, "Si Huma" menjadi salah satu maskot animasi terkenal untuk kampanye pertanian.

Namun yang paling dikenal generasi 90-an adalah "Si Unyil" versi animasi yang tayang di TVRI, meski formatnya masih stop motion dan bukan animasi 2D atau 3D.

4. 2000-an: Industri Mulai Bergerak

Era digital membuka peluang baru bagi animator Indonesia. Pada 2004, film animasi "Janus Prajurit Terakhir" disebut sebagai salah satu animasi panjang pertama karya lokal, meski belum banyak mendapat perhatian.

Titik balik datang pada tahun 2008 lewat serial "Adit & Sopo Jarwo", yang diproduksi oleh MD Animation dan tayang di stasiun TV nasional. Animasi ini sukses besar dan membuat publik lebih terbuka pada karya lokal.

5. 2010-an: Meningkatnya Kualitas dan Minat Pasar

Dengan kemajuan software dan meningkatnya SDM animasi, banyak karya anak bangsa yang mulai bersaing dengan produksi luar. Misalnya, "Battle of Surabaya" (2015) garapan MSV Pictures, yang menampilkan animasi 2D bergaya Jepang dengan latar sejarah perjuangan bangsa. Film ini memenangkan berbagai penghargaan di luar negeri, termasuk di Korea Selatan dan AS.

Selain itu, muncul pula "Si Juki The Movie" (2017), adaptasi dari webcomic populer yang sukses menarik lebih dari 300 ribu penonton di bioskop.

6. 2020-an: Menembus Pasar Global

Di dekade terbaru, animasi Indonesia semakin menunjukkan kekuatan. Film seperti "Nussa" (2021), hasil kolaborasi The Little Giantz dan Visinema, menunjukkan kualitas animasi 3D lokal yang bisa sejajar dengan produksi internasional.

Studio animasi seperti BASE Indonesia, Kumata Studio, dan Infinite Frameworks Studios (IFW) di Batam juga mulai terlibat dalam proyek-proyek internasional, termasuk produksi serial untuk Disney, Nickelodeon, hingga Netflix.

Meski sempat tertatih di masa awal, industri animasi Indonesia kini tengah bertumbuh pesat. Dengan semakin banyaknya talenta muda, dukungan teknologi, dan peluang pasar digital, animasi lokal berpotensi menjadi salah satu kekuatan budaya yang mendunia.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Film
  • Film Indonesia
  • Film Animasi

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE