Paus Telah Pergi, Tapi Penjajahan Masih Berdiri: Duka Palestina untuk Sang Pemimpin Damai

JAKARTA, GENVOICE.ID - Wafatnya Paus Fransiskus meninggalkan luka dalam bagi masyarakat Katolik, dunia, bahkan warga Palestina.

Ribuan warganet pro-Palestina termasuk warga Gaza berduka atas kepergian Paus Fransiskus. Banyak dari mereka memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus atas dukungannya terhadap warga Palestina.

Paus Telah Pergi, Tapi Penjajahan Masih Berdiri: Duka Palestina untuk Sang Pemimpin Damai
- (Dok. ntvkenya.co.ke).

Pada pidatonya di Hari Paskah, Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata di wilayah Gaza. Pidato ini disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus. Seorang ajudan juga memberikan doa berkat dan kecaman terhadap situasi kemanusiaan yang memprihatinkan.

"Saya mengimbau para pihak yang bertikai untuk menghentikan perang, membebaskan para sandera, dan memberikan bantuan kepada warga yang kelaparan serta mendambakan masa depan yang damai," ujarnya.

Pasca mendengar wafatnya Paus, banyak warganet yang memuji terhadap konsistensinya mendukung rakyat Palestina, komunitas Katolik Palestina.

Pendeta Palestina, Munther Isaac, turut berduka atas kepergian Paus, menyebutnya sebagai "sahabat dekat" yang sangat dicintai oleh rakyat Palestina, khususnya umat Kristiani.

Ia mengenang momen ketika Paus Fransiskus mengunjungi tembok pemisah Israel di Betlehem, dan berkata, "Paus telah pergi, namun penjajahan dan tembok itu masih berdiri." Di media sosial, banyak yang menilai Paus Fransiskus sebagai sosok teladan dalam hal keberanian dan kemanusiaan, yang senantiasa merasakan penderitaan rakyat Palestina.

Seorang jurnalis Palestina dari Gaza juga mengingat bahwa Paus menyerukan penghentian perang sesaat sebelum wafat, mengutip pidato Paskahnya. Tak sedikit pula yang memuji sikap Paus yang secara terbuka menyebut bahwa situasi di Gaza berpotensi menjadi genosida.

Berbagai organisasi HAM seperti Amnesty International dan Human Rights Watch juga menilai bahwa ada indikasi kuat ke arah genosida di Gaza. Sebelum dirawat di rumah sakit, pemimpin umat Katolik dunia ini secara rutin mengecam perang yang dilakukan Israel.

Bahkan dalam bukunya Hope Never Disappoints: Pilgrims Towards a Better World, Ia menulis, "Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida".

Warganet juga mengenang bagaimana Paus terus menjalin komunikasi dengan gereja-gereja di Gaza, bahkan di tengah gempuran bom yang juga menghantam tempat ibadah. Komunitas Kristen di Gaza pun merasa sangat kehilangan atas wafatnya Paus, yang selalu menyempatkan diri menelepon mereka setiap malam selama masa perang untuk memberi dukungan dan doa.

Di kawasan Timur Tengah secara lebih luas, umat Kristiani dari Palestina, Lebanon, dan Suriah baik Katolik maupun Ortodoks juga memuji perhatian dan kepedulian Paus Fransiskus sebagai sumber kekuatan di tengah perang, bencana, dan penindasan.

"Kami kehilangan sosok suci yang setiap hari mengajarkan kami arti keberanian, kesabaran, dan keteguhan. Kami kehilangan seorang gembala yang setiap saat berjuang menjaga kawanan kecilnya," ujar George Antone, Ketua Komite Darurat di Gereja Keluarga Kudus Gaza.

R
Rifqy Alief Abiyya
Penulis
  • Tag:
  • Paus Fransiskus
  • Vatikan
  • Berita Duka
  • Palestina
  • Umat Kristen

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE