Cerita Kelam di Balik Sirkus Taman Safari: Mantan Artis OCI Bongkar Kekerasan Puluhan Tahun!

JAKARTA, GENVOICE.ID - Di balik gemerlap pertunjukan sirkus yang memukau penonton, ternyata tersimpan cerita kelam yang bikin hati perih. Beberapa mantan pemain dari Oriental Circus Indonesia (OCI) akhirnya angkat suara, membongkar pengalaman pahit mereka yang selama ini tersimpan rapat. Bukan sekadar lelah fisik akibat latihan atau atraksi berbahaya, tapi juga kisah menyayat hati soal kekerasan, penelantaran, bahkan penyiksaan yang mereka alami sejak puluhan tahun lalu. Cerita ini terungkap saat mereka bertemu langsung dengan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, dan jadi perbincangan panas di media sosial.

Pertemuan penuh air mata itu terjadi di kantor Kementerian HAM pada Selasa (15/4). Sejumlah mantan artis sirkus OCI datang membawa luka lama yang belum sembuh. Dalam audiensi itu, mereka menceritakan berbagai bentuk kekerasan yang mereka alami sejak tahun 70-an, mulai dari disiksa secara fisik hingga perlakuan tak manusiawi yang sulit dipercaya.

Cerita Kelam di Balik Sirkus Taman Safari: Mantan Artis OCI Bongkar Kekerasan Puluhan Tahun!
- (Dok. Kementrian HAM).

Salah satu yang bersuara adalah Butet, mantan pemain sirkus yang mengalami kejadian mengerikan saat bekerja di sirkus.

"Sempat saya sampai dirantai kaki pakai rantai gajah yang besar itu. Pernah juga di dalam situ dijulurin kotoran gajah," katanya, dalam video yang diunggah langsung oleh Mugiyanto lewat Instagram pribadinya, @mugiyanto.official.

Cerita tak kalah menyedihkan juga datang dari anak Butet, yaitu Fifi. Sejak kecil, Fifi diambil oleh salah satu petinggi OCI dan dibesarkan di lingkungan sirkus tanpa tahu siapa orang tuanya. Baru ketika beranjak dewasa, ia mengetahui bahwa Butet adalah ibu kandungnya.

Tapi alih-alih hidup bahagia, Fifi justru mengalami mimpi buruk dalam dunia sirkus. Dengan suara bergetar dan air mata berlinang, dia mengungkapkan:

"Saya disetrumin, Pak, di badan saya, kelamin saya disetrumin. Sampai saya jatuh lemas, akhirnya dipasung, Pak, selama dua minggu."

Cerita memilukan lainnya datang dari Ida Yani, yang kini harus hidup di kursi roda. Ia mengaku mengalami kecelakaan saat melakukan atraksi trapeze di udara setinggi 15 meter di Lampung.

"Saat itu saya main Trapeze, akrobatik di udara itu. Saya jatuh, pada saat saya sium, ternyata saya patah tulang belakang," katanya sambil mengenang kejadian itu.

Tanggapan Wakil Menteri HAM:

Wamenkumham Mugiyanto mengaku harus menahan emosi saat mendengar langsung cerita menyedihkan dari para korban. Ia mengatakan bahwa ada banyak indikasi pelanggaran HAM yang terjadi selama bertahun-tahun di balik tirai pertunjukan sirkus.

"Jadi kami dengarkan dari mereka, ada kemungkinan banyak sekali tindak pidana yang terjadi di sana. Banyak kekerasannya," ungkap Mugiyanto kepada wartawan.

Namun, ia juga mengakui ada tantangan besar dalam penanganan kasus ini karena kejadian-kejadian tersebut sudah sangat lama terjadi-bahkan sebelum adanya Undang-Undang HAM di Indonesia.

"Karena ini peristiwa lama terjadi sejak tahun 70-an, 80-an pada masa itu kita belum memiliki Undang-Undang tentang HAM, Undang-Undang 39 Tahun 1999..."

Meski begitu, ia menegaskan bahwa hukum tetap bisa ditegakkan, karena Indonesia sudah punya KUHP sejak awal kemerdekaan.

Sebagai langkah awal, pihak Kemenkumham berencana memanggil pihak Taman Safari Indonesia, mengingat OCI diduga beroperasi di bawah naungan mereka.

"Jadi kami berharap, semua pihak comply, patuh terhadap hak aspek-aspek Hak Asasi Manusia," kata Mugiyanto.

Respons Taman Safari Indonesia:

Menanggapi hebohnya laporan para mantan pemain sirkus, pihak Taman Safari Indonesia memilih untuk menahan komentar lebih lanjut.

"Kami akan tanggapi satu dua hari ke depan untuk jawabannya. Terima kasih," ucap Alexander Zulkarnain, Senior VP Marketing TSI Group, saat dihubungi.

Sebelumnya, pada 27 Maret, mereka juga sempat mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tidak memiliki hubungan hukum atau bisnis dengan para mantan pemain sirkus yang disebutkan.

"Kami tidak memiliki keterkaitan, hubungan bisnis, maupun keterlibatan hukum dengan ex pemain sirkus yang disebutkan dalam video tersebut..."

Mereka menyatakan bahwa nama Taman Safari Indonesia dibawa-bawa tanpa dasar bukti yang kuat, dan menyayangkan penyebutan institusi dalam masalah yang dinilai bersifat pribadi.

Kisah nyata ini jadi pengingat bahwa dunia hiburan pun punya sisi gelap yang seringkali tak terlihat. Di balik tawa dan tepuk tangan penonton, ada jiwa-jiwa yang terluka. Kini para korban berharap keadilan bisa ditegakkan, agar luka yang mereka simpan selama puluhan tahun bisa akhirnya mendapat penyembuhan. Semoga pengusutan kasus ini benar-benar dilakukan secara serius dan transparan.

R
Reza Aditya
Penulis
  • Tag:
  • Pemain Sirkus
  • Kekerasan Sirkus
  • Taman Safari

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE